Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta,dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), mengatakan, penyakit hipertensi paru dapat dialami sejak usia dini, dimana pada umumnya ditandai dengan peningkatan tekanan rerata arteri pulmonalis (mean pulmonary artery pressure/mPAP) di atas normal, yaitu > 20 mmHg dan peningkatan tahanan vaskular paru (pulmonary vascular resistance/PVR) di atas normal, pada kondisi istirahat.
Pada kasus spesifik, hipertensi paru juga dapat menjadi salah satu komplikasi dari penyakit jantung bawaan dengan gejala dan tanda-tanda tahap awal yang biasanya tidak spesifik atau tidak terdeteksi pada bayi baru lahir.
Kondisi ini tentunya menyebabkan tantangan tersendiri bagi para tenaga medis untuk menetapkan diagnosis dini penyakit hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan.
Terlebih lagi, atas keterbatasan keahlian dan infrastruktur kesehatan di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk di Indonesia, banyak pasien hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan tidak terdeteksi hingga timbul komplikasi yang memerlukan perhatian medis yang lebih serius.
Pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi paru khususnya pada pasien anak di negara-negara berkembang pada umumnya masih menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan tersebut mencakup keterbatasan infrastruktur kesehatan yang canggih, keterbatasan keahlian tenaga medis, kurangnya kesadaran masyarakat, kurangnya strategi skrining hipertensi paru yang tepat waktu, perawatan antenatal atau kehamilan yang kurang baik, hingga ketersediaan obat hipertensi paru yang tidak dapat diprediksi.
Akibatnya, sering ditemukan bahwa penyakit hipertensi paru memiliki prognosis yang buruk, dimana angka kematian dan rawat ulang pasien tinggi, meskipun optimalisasi pengobatan hipertensi paru dalam dekade terakhir ini telah berkontribusi besar terhadap peningkatan prognosis pasien, khususnya pada anak.
Baca Juga: Bersihkan Rumah Libatkan Seluruh Keluarga Untuk Healthy Move
Baca Juga: Healthy Move, Ini Manfaat Mengajarkan Berenang Pada Bayi Sejak Dini
"Maka dari itu, penyakit hipertensi paru ini perlu dikenali dan dipahami lebih lanjut oleh masyarakat karena merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak hanya terpengaruh oleh penyakit bawaan, namun juga sangat terpengaruh oleh gaya hidup dari pasien dan konsumsi obat-obatan tertentu.”
Di Indonesia sendiri, obat-obatan tertentu yang telah tersedia dapat diberikan untuk membantu mengurangi hipertensi paru pada pasien anak, seperti golongan Prostasiklin, yaitu Beraprost, dan juga golongan Inhibitor Phosphodiesterase Type 5 (PDE5i), yaitu Sildenafil, yang telah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu sebagai obat hipertensi paru.
Selain itu, terapi simtomatik berupa pemberian oksigen untuk membantu pernafasan serta terapi diuretik untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan di tubuh juga dapat membantu mengurangi gejala hipertensi paru.
Pengobatan tersebut diharapkan dapat memperlambat progresi penyakit atau bahkan mengembalikan fungsi jantung dan paru ke normalnya, meskipun hipertensi paru cenderung tidak dapat disembuhkan.
“Pasien yang terdiagnosa hipertensi paru memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup, dengan rutin melakukan evaluasi tekanan arteri pulmonal berkala untuk menilai progresivitas penyakit dan menilai kecukupan dosis obat yang diberikan,” tambah dr. Radityo Prakoso.(*)
Baca Juga: Sama-sama Bikin Gatal di Rambut, Ini Cara Membedakan Ketombe dan Kutu
Baca Juga: Diabetes Tipe 2, Lebih Dari Satu Jenis Diet Dapat Membantu Pengelolaan Kadar Gula Darah