“Hasilnya nanti akan tampak di layar dan tersambung langsung di website monitoringsaturasi.online, sesuai dengan nama yang sudah diinputkan sebelumnya,” tambahnya.Jika hasil pemeriksaan saturasi di bawah angka 90 persen, alat akan otomatis berbunyi dan memberi peringatan.
Bahkan alat ini juga sudah diujicobakan pada beberapa rekannya, dan nilai akurasinya mencapai 99 persen.
Ke depan, Rizky akan terus mengembangan alat tersebut, khususnya pada bagian tampilan agar lebih mudah menyesuaikan hasil dan nama pengguna, jika dipakai secara bersamaan oleh beberapa orang.
Baca Juga: 9 Makanan Tinggi Protein yang Baik Dikonsumsi Pasien TBC, Bisa Bantu Pemulihan
Jadi oximeter cipatakan anak bangsa ini berbeda dengan oximeter berbasis apps.
Untuk diketahui, hasil pengukuran saturasi oksigen menggunakan aplikasi tak bisa dijadikan acuan utama mengingat standar pengukuran tingkat oksigen dalam darah pada aplikasi dan oksimeter medis, berbeda.
Dalam pemeriksaan medis, perangkat mengirimkan dua panjang gelombang cahaya yang berbeda melalui pemindaian ujung jari oleh sensor.
Gelombang cahaya tersebut adalah merah (red light) dan infrared. Hemoglobin, protein yang membawa oksigen ke dalam darah, menyerap lebih banyak infrared ketika membawa oksigen.
Sebaliknya, jika tidak membawa cukup banyak oksigen maka menyerap lebih banyak cahaya merah.
Dari situlah perangkat menghitung seberapa banyak oksigen yang bersirkulasi di dalam tubuh.
Sementara itu, smartphone rata-rata hanya memiliki cahaya putih (white light).
Sehingga, smartphone tidak bisa memeriksa secara akurat, dilansir dari The Verge (2/7/2021).(*)
Baca Juga: 5 Trik Simpel Untuk Mengatasi Asam Lambung yang Sering Kumat