Find Us On Social Media :

Pengusaha Rokok Terbesar di Indonesia Meninggal Karena Kesombongannya

Budi Sampoerna meninggal dunia.

Dan Budi Sampoerna mengatakan hal di atas di harian Kompas.

Fakta-fakta Ucapan Budi Sampoerna

Untuk diketahui, menurut drg. R. Wasis Sumartono SpKG, Peneliti Kesehatan di Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Balitbangkes, dilansir dari SehatNegeriku (10/8/2011), penyakit penyakit kronik akibat merokok tidak akan muncul satu detik atau satu menit setelah seseorang, bahkan mungkin juga tidak satiu bulan atau satu tahun setelah orang mulai merokok.

Penyakit penyakit jantung atau kanker paru-paru, umumnya baru muncul 30 tahun setelah seseorang merokok.Kini Budi Sampoerna sudah almarhum yang diakibatkan kanker rongga mulut, sesuatuyang saat dia masih sehat dikatakan sebagai tak kan mungkin mengenainya.

"Menurut hemat saya, dia kini bukan hanya mati karena kanker mulut, lebih dari itu, dia mati karena kesombongannya," papar Wasis.Menurut Wasis, seharusnya kementerian kesehatan mem-blow up berita kematian Budi Sampurna akibat kanker mulut untuk mendidik masyarakat tentang bahaya merokok.Saya masih ingat, papar Wasis, ketika ibu Menkes – dr Endang Sedyaningsih terkenaCA paru- Fahmi Idris – salah seorang mantan menteri yang memiliki konflik kepentingan dengan industri tembakau pernah menghina aktifis, pembela dan gerakan pengendalian tembakau dengan meminta para petani tembakau di pulau Jawa untuk mengumpulkan uang koin 500 rupiahan gunamenyumbang biaya pengobatan ibu Menkes sambil mengeluarkan kata katakurang lebih “Lihat tuh, orang yang tidak merokok yang sakit kanker paru-paru, bukan orang yang merokok!”

Sedihnya, jelas wasis, opini publik yang menyesatkan itu di-blow media.

Baca Juga: Parah! Bukannya Isolasi Mandiri, Segelintir Warga Positif Covid-19 Justru Berkeliaran

Ketahuilah, fakta yang sesungguhnya, bahwa pemakai tembakaulah yang lebih besar memiliki kemungkinan menderita kanker, yang mengenai mantan konglomerat tembakau, sudahada.

"Jika Kementerian Kesehatan tidak memblow up kasus ini, maka itu artinya kementerian kesehatan memang membiarkan masyarakat kita menderita asimetri informasi tentang tembakau atau kesehatan," papar Wasis.

Namun bila berita ini diblow up secara efektif, maka itu artinya Kementerian kesehatan -seperti yang seharusnya- menginginkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang ‘well informed’ tentang risiko kesehatan akibat pemakaian tembakau.(*)

Baca Juga: Awas, Usai Sembuh Dari Infeksi Covid-19 Anak Berisiko Alami Diabetes