Find Us On Social Media :

Pengusaha Rokok Terbesar di Indonesia Meninggal Karena Kesombongannya

Budi Sampoerna meninggal dunia.

GridHEALTH.id - Menurut seorang dokter, pengusaha rokok terbesar di Indonesia ini meninggal dunia karena kesombongannya.

Sebab dirinya pernah mengatakan hal ini prihal rokok.

Rokok dan kesehatan ibarat benang kutus yang selalu menjadi perdebatan panjang.

Maklum jika berdebat dengan prokok mengenai kesehatan bisa jadi seperti halnya minyak dengan air.

Tidak percaya? Silahkan berdiskusi dengan perokok mengenai kesehatan, dan yang menjurus dengan bahaya kesehatan dari asap tembakau.

Hal ini terjadi pada salah seorang pengusaha rokok terbesar di Indonesia.

Siapa yang tidak mengenal perusahaan rokok Sampoerna.

Perusahaan rokok tersebut salah satu perusahaan rokok terbesar dan kaya di Indonesia.

Orang nomor satu di perusahaan tersebut adalah Budi Sampoerna.

Saat beliau masih duduk dipuncak jabatan perusahaan Sampoerna, beliau pernah mengatakan, “Saya merokok, tapi mana saya sakit? Saya sehat sehat saja.”

Hal itu diutarakannya saat menanggapi desakan aktifis dan pembela pengendalian tembakau agar Pemerintah mengendalikan tembakau untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Baca Juga: Obat Kuat Alami Dari Buah Alpukat, Bisa Bantu Atasi Disfungsi Ereksi

Dan Budi Sampoerna mengatakan hal di atas di harian Kompas.

Fakta-fakta Ucapan Budi Sampoerna

Untuk diketahui, menurut drg. R. Wasis Sumartono SpKG, Peneliti Kesehatan di Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Balitbangkes, dilansir dari SehatNegeriku (10/8/2011), penyakit penyakit kronik akibat merokok tidak akan muncul satu detik atau satu menit setelah seseorang, bahkan mungkin juga tidak satiu bulan atau satu tahun setelah orang mulai merokok.

Penyakit penyakit jantung atau kanker paru-paru, umumnya baru muncul 30 tahun setelah seseorang merokok.Kini Budi Sampoerna sudah almarhum yang diakibatkan kanker rongga mulut, sesuatuyang saat dia masih sehat dikatakan sebagai tak kan mungkin mengenainya.

"Menurut hemat saya, dia kini bukan hanya mati karena kanker mulut, lebih dari itu, dia mati karena kesombongannya," papar Wasis.Menurut Wasis, seharusnya kementerian kesehatan mem-blow up berita kematian Budi Sampurna akibat kanker mulut untuk mendidik masyarakat tentang bahaya merokok.Saya masih ingat, papar Wasis, ketika ibu Menkes – dr Endang Sedyaningsih terkenaCA paru- Fahmi Idris – salah seorang mantan menteri yang memiliki konflik kepentingan dengan industri tembakau pernah menghina aktifis, pembela dan gerakan pengendalian tembakau dengan meminta para petani tembakau di pulau Jawa untuk mengumpulkan uang koin 500 rupiahan gunamenyumbang biaya pengobatan ibu Menkes sambil mengeluarkan kata katakurang lebih “Lihat tuh, orang yang tidak merokok yang sakit kanker paru-paru, bukan orang yang merokok!”

Sedihnya, jelas wasis, opini publik yang menyesatkan itu di-blow media.

Baca Juga: Parah! Bukannya Isolasi Mandiri, Segelintir Warga Positif Covid-19 Justru Berkeliaran

Ketahuilah, fakta yang sesungguhnya, bahwa pemakai tembakaulah yang lebih besar memiliki kemungkinan menderita kanker, yang mengenai mantan konglomerat tembakau, sudahada.

"Jika Kementerian Kesehatan tidak memblow up kasus ini, maka itu artinya kementerian kesehatan memang membiarkan masyarakat kita menderita asimetri informasi tentang tembakau atau kesehatan," papar Wasis.

Namun bila berita ini diblow up secara efektif, maka itu artinya Kementerian kesehatan -seperti yang seharusnya- menginginkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang ‘well informed’ tentang risiko kesehatan akibat pemakaian tembakau.(*)

Baca Juga: Awas, Usai Sembuh Dari Infeksi Covid-19 Anak Berisiko Alami Diabetes