Nah, hasil yang didapat menunjukkan risiko pembekuan darah vena dalam meningkat secara signifikan dalam 90 hari.
Sedangkan di emboli paru-paru sekitar 180 hari dan 60 hari pada penyintas yang mengalami pendarahan.
Penulis studi ini mengatakan, hasil penelitiannya dapat dijadikan pendukung penggunaan perawatan pencegahan pembekuan darah pada pasien Covid-19.
Khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi, serta memperlihatkan pentingnya vaksinasi.
"Hasil ini dapat memengaruhi rekomendasi pada strategi diagnostik dan profilaksis terhadap tromboemboli vena setelah Covid-19," tulis mereka dikutip dari Cidrap.
Namun, mereka juga menggaris bawahi diperlukan studi lanjut untuk memastikan infeksi SARS-CoV-2 dapat meningkatkan risiko pembekuan darah dibanding infeksi pernapasan lainnya.
Menurut Frederick Ho dan Jill Pell dari University of Glasgow, mengatakan kalau hasil studi ini tetap relevan, meski sekitar 65 persen masyarakat dunia sudah vaksin dosis pertama.
Baca Juga: Jika Alami Kelelahan Karena Infeksi Covid-19, Ini 5 Cara Mengatsinya
"Vaksin yang ada saat ini efektif melawan Covid-19 yang parah, tetapi hanya memberikan perlindungan sedang terhadap infeksi varian Omicron," kata mereka.
Infeksi terobosan sering terjadi, bahkan setelah dosis ketika serta kemungkinan menurunnya penyakit simtomatik kurang dari 50 persen dalam 10 minggu setelah vaksin.
Keduanya mengatakan, meskipun gejala Omicron ringan dan tidak perlu dirawat, mereka juga punya risiko pembekuan darah yang sama.
Bahkan dalam penelitian ini, penyakit ringan lebih mendominasi yakni sebesar 94,5%. Oleh karena itu, kelompok tersebut dapat berkontribusi dalam sejumlah besar kejadian tromboemboli.
Baca Juga: Mau Mudik? Ini Syarat Naik Pesawat, Kereta Api dan Transpotasi Lainnya