Find Us On Social Media :

Kenali Galon Air Minum yang Digunakan di Rumah, Yakin Baik dan Aman?

Jangan sampai salah memilih aglon air minum untuk keluarga. Simak di sini.

GridHEALTH.id - Galon air minum yang paling banyak beredar di Indonesia terbuat dari PC dan PET.

PC dan PET keduanya bahan kimia.

Polycarbonate (PC) merupakan salah satu jenis plastik yang memiliki gugus karbonat dalam struktur kimianya.

Plastik ini banyak digunakan karena sifatnya yang transparan, memiliki ketahanan terhadap temperatur yang baik, kuat, tahan gores, serta mudah diolah menjadi beragam bentuk.

Aplikasi PC antara lain adalah untuk pembuatan cakram CD/DVD/Blue Ray, atap transparan, lensa kacamata, botol/galon air minum, dan masih banyak lainnya.

Sementara Polyethylene terephthalate (PET) merupakan salah satu jenis plastik yang sering juga dikenal dengan nama “polyester”.

Kedua nama ini, menurut Assoc. Prof. Ir. Akhmad Zainal Abidin, MSc., PhD, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran dari ITB, saat diwawancara GridHEALTH.id (4/04/2022), adalah bahan yang sama dengan aplikasi paling banyak untuk tekstil dan botol kemasan minuman.

Belakangan PET pun dibuat sebagai galon air minum.

Untuk diketahui, secara umum baik PC ataupun PET merupakan material plastik yang aman digunakan terutama pada temperatur ruang.

Baca Juga: 5 Khasiat Daun Pegagan Bagi Kesehatan, Salah Satunya Mengatasi Insomnia

Tapi PC memiliki ketahanan panas yang lebih baik dari pada PET.

Potensi Bahaya PC dan PET

Adapun potensi bahaya dari penggunaan berasal dari sisa bahan baku pembuatan plastik, bahan aditif plastik, dan bahan lain yang terbentuk saat terjadi kerusakan (degradasi) plastik.

Sesuai dengan sistem internasional GHS (Globally Harminized System), kondisi bahaya itu ditentukan atau harus dilihat dari kriteria sebagai berikut:

Baca Juga: Bisa Sebabkan Sembelit Saat Puasa, Batasi Konsumsi 7 Makanan Ini

a. Jenis bahan

b. Konsentrasi bahan

c. Jumlah bahan

d. Lamanya waktu kontak bahan

Dengan kriteria ini maka kita mengenal bahan kimia yang dalam jumlah sedikit tidak berbahaya, tetapi dalam jumlah banyak akan menyebabkan penyakit atau bahkan menjadi racun yang mematikan.

Baca Juga: Healthy Move, Selalu Merasa Lelah Meski Bangun Tidur? Lakukan Latihan Ini Untuk Bikin Segar

Untuk itu maka ditetapkanlah konsentrasi batas atas bahan kimia tersebut yang diizinkan ada dalam makanan dan minuman, seperti berikut ini:

PC

Salah satu bahan baku pembuatan PC adalah Bisphenol-A (BPA).

Kemasan berbahan PC dapat mengandung BPA sisa dari proses produksi dan juga dari proses degradasi PC selama pemakaian.

BPA terindikasi menyebabkan gangguan fungsi hormon dan penyakit kronis seperti kanker.

BPA dari wadah PC dapat berpindah ke dalam air/makanan dengan laju perpindahan bergantung pada pH, waktu kontak, dan temperatur kontak.

Uni Eropa telah memperketat kadar BPA dalam makanan dari 0.6 mg/kg makanan menjadi 0.05 mg/kgmakanan pada tahun 2018.

PET

PET dibuat dari bahan baku asam tereftalat (TA) dan etilen glikol (EG) dengan bantuan katalis berbasis antimon (Sb), Germanium (Ge), atau Titanium (Ti).

Baca Juga: Hanya Beberapa Menit Setalah Lahir, 4 Bayi Kembar Ibu Muda Usia 22 Tahun Meninggal

Bahan-bahan tersebut dapat terkandung di dalam kemasan PET sebagai sisa dari proses produksi dan degradasi PET selama pemakaian.

Berdasarkan regulasi Uni Eropa kadar EG, TA, dan Sb maksimum di dalam makanan adalah 30 mg/kg, 7.5 mg/kg, dan 0.04 mg/kg.

"Bahaya spesifik dari kemasa PET belum banyak dieksplorasi, namun ada indikasi kandungan logam Antimon dari sisa proses produksi PET dapat menyebabkan gangguan hormon," papar Prof Akhmad Zainal Abidin, menegaskan.

Untuk diketahui, Etilen glikol (EG) juga dapat digolongkan sebagan bahan berbahaya jika melebihi kadar tertentu.

Baca Juga: 3 Sendok Nasi Setiap Hari Bikin Awet Muda, Dibuktikan Artis Cantik ini yang Tidak Menua Sejak 10 Tahun Lalu

Gejala-gejala awal pada keracunan EG meliputi muntah dan sakit perut.

Gejala-gejala yang dapat timbul belakangan adalah berkurangnya tingkat kesadaran, sakit kepala, dan kejang.

"Dampak jangka panjangnya bisa berupa gagal ginjal atau kerusakan otak" tandas Prof Akhmad Zainal Abidin.(*)

Baca Juga: Berbuka Dengan Air Nabeez, Ini Beragam Khasiat yang Bisa Didapat