GridHEALTH.id - Sampai saat ini pemberian vaksin Covid-19 masih jadi solusi terbaik untuk mencegah infeksi virus corona.
Meski efektivitas vaksin Covid-19 yang ada belum 100 %, tapi suntikannya sudah terbukti dapat meminimalisir penularan dan keparahan penyakit tersebut.
Seperti dijelaskan pada laman nhs.uk (30/3/2021), orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Itu artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan tubuh kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga dampak infeksi virus tersebut bisa diminimalisir.
Meski demikian, karena efektivitas vaksin Covid-19 belum 100 % masyarakat tetap perlu mewaspadai penularannya.
Apalagi studi terbaru telah menunjukkan bahwa pada orang tertentu efektivitas vaksin Covid-19 bisa melemah atau berkurang.
Dilansir dari Reuters (7/5/2022), studi terbaru menemukan bahwa obesitas dapat menurunkan efektivitas vaksin Covid-19 pada orang yang belum pernah terpapar virus sebelumnya.
Studi dari Turki tersebut, dilakukan pada orang yang belum pernah terinfeksi Covid-19 sebelumnya dan telah menerima vaksin Pfizer dan Sinovac.
Hasil penelitian ini kemudian dipresentasikan minggu lalu di Kongres Eropa tentang Obesitas di Maastricht, Belanda.
Baca Juga: Dikira Obat Covid-19 Ternyata Miras Oplosan, 10 Orang Dilaporkan Tewas Karenanya
Hasilya, pada penerima vaksin Pfizer ditemukan, orang dengan obesitas parah memiliki tingkat antibodi tiga kali lebih rendah daripada individu dengan berat badan normal.
Sementara pada penerima vaksin Sinovac yang mengalami obesitas parah dan belum pernah terkena Covid-19, tingkat antibodi 27 kali lebih rendah dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal.
Para peneliti membandingkan respons imun terhadap vaksin pada 124 sukarelawan dengan obesitas parah - yang didefinisikan sebagai indeks massa tubuh 40 atau lebih tinggi - dan 166 individu dengan berat badan normal (BMI kurang dari 25).
Secara keseluruhan, 130 peserta telah menerima dua dosis vaksin mRNA Pfizer/BioNTech dan 160 telah menerima dua dosis vaksin virus tidak aktif Sinovac.
"(Vaksin Pfizer/BioNTech) dapat menghasilkan lebih banyak antibodi secara signifikan daripada CoronaVac pada orang dengan obesitas parah," kata pemimpin studi Volkan Demirhan Yumuk dari Universitas Istanbul.
Sementara itu, menurut temuan para peneliti di Afrika Selatan, infeksi dengan varian Omicron dari virus Corona dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan sistem kekebalan untuk melindungi dari varian lain, tetapi hanya pada orang yang telah divaksinasi.
Pada orang yang tidak divaksinasi, infeksi Omicron hanya memberikan perlindungan "terbatas" terhadap infeksi ulang.
Pada 39 pasien yang memiliki infeksi Omicron - termasuk 15 yang telah diimunisasi dengan vaksin dari Pfizer/BioNTech atau Johnson & Johnson - para peneliti mengukur kemampuan sel kekebalan untuk menetralkan tidak hanya Omicron tetapi juga varian sebelumnya.
Rata-rata 23 hari setelah gejala Omicron dimulai, pasien yang tidak divaksinasi memiliki netralisasi 2,2 kali lipat lebih rendah dari versi pertama varian Omicron.
Dibandingkan dengan orang yang divaksinasi, netralisasi 4,8 kali lipat lebih rendah dari subgaris Omicron kedua, netralisasi Delta 12 kali lipat lebih rendah, 9,6 kali lipat netralisasi varian Beta lebih rendah, dan 17,9 kali lipat netralisasi lebih rendah dari strain SARS-CoV-2 asli.(*)
Baca Juga: Covid-19 Bisa Menyebabkan Otak Menua 20 Tahun, Hasil Studi