GridHEALTH.id - Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan kadar komponen lipid dalam plasma.
Menurut Pedoman PERKENI 2019, dikatakan dislipidemia jika ditemukan peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), dan atau trigliserida serta penurunan high-density lipoprotein (HDL). Penyebab dislipidemia dapat diklasifikasikan menjadi dislipidemia primer dan sekunder. Dislipidemia primer disebabkan suatu kelaian genetik yang menyebabkan metabolisme lipid yang abnormal sehingga terjadi hiperkolesterolemia atau peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
Kelainan genetik ini dapat menyebabkan kelebihan produksi atau gangguan pembersihan (clearance) LDL atau pun Trigliserida, atau menyebabkan kekurangan produksi atau kelebihan clearance HDL.Dislipidemia sekunder disebabkan karena adanya penyakit lain seperti hipotiroid, sindrom nefrotik, diabetes melitus, atau sindrom metabolik.
Sindroma metabolik berhubungan dengan gaya hidup sedentary lifestyle yang kurang aktivitas fisik, dengan pekerjaan lebih banyak duduk atau di belakang meja, disertai kelebihan intake kalori yang tinggi lemak jenuh, tinggi kkolesterol, dan tinggi lemak trans. Dislipidemia dapat diketahui dengan melalukukan pemeriksaan kolesterol plasma dalam darah di laboratorium. Kolesterol yang tinggi dapat memicu risiko serangan jantung atau stroke.
Diwawancarai secara virtual, dr. Sheena R. Angelia, M.Gizi, SpGK, dokter spesialis gizi klinis di RS Siloam Kebon Jeruk mengakui, selain kurang olahraga sejumlah hidangan memang bisa memicu lonjakan kolesterol.
“Konsumsi makanan tinggi kolesterol, contohnya daging berlemak, jeroan, dan makanan tinggi lemak jenuh, seperti kue kering, cake, hidangan bersantan dan digoreng memang bisa memicu lonjakan kolesterol.
Baca Juga: Kebanyakan Obat Kolesterol Dikonsumsi Malam Hari, Ini Alasannya
Baca Juga: Healthy Move, Ini yang Harus Dilakukan Ketika Timbangan Tetap Datar Agar Berat Badan Turun Lagi
Ini dapat menyebabkan timbulnya dislipidemia, yang mendukung terjadinya berbagai penyakit, seperti penyakit jantung dan strok. Pencegahan lonjakan kolesterol ini dapat dibantu dengan mengonsumsi plant stanol ester secara rutin,” jelas Dokter Sheena. Plant stanol ester merupakan pangan fungsional dari bahan makanan sumber terutama nabati seperti minyak nabati, gandum, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan.
National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) merekomendasikan plant stanol ester sebanyak 2 gram per hari harus dimasukkan ke dalam pola makan sehari-hari yang bertujuan untuk mencapai target terapi dislipidemia, yaitu menurunkan kadar LDL.
Beberapa penelitian menyebutkan plant stanol ester dapat menurunkan kadar LDL hingga 11%. Efek penurunan kolesterol oleh plant stanol ester umumnya dijelaskan sebagai penurunan absorpsi kolesterol dari usus kecil.
Molekul plant stanol ester yang mirip dengan kolesterol akan berkompetisi dan menggantikan posisi kolesterol di dalam usus sehingga lebih sedikit kolesterol yang diserap, peningkatan konsentrasi plant stanol di dalam enterosit juga mengaktifkan pembuangan kolesterol kembali ke lumen usus. “Meskipun plant stanol secara alami dapat ditemukan di sebagian besar sumber makanan nabati, jumlah dalam makanan normal sangat kecil dan bisa jadi tidak memiliki efek terapeutik.