Jika stroke terjadi di lobus frontal, korban mungkin kurang menyadari perilaku yang sesuai secara sosial dan merasa kurang terhambat.
Jika itu terjadi di lobus temporal, orang yang selamat mungkin mengalami penurunan gairah seksual. Jika stroke terjadi di otak kiri, penderita mungkin lebih tertekan, yang juga dapat mempengaruhi keinginan.Ada kemungkinan (tetapi jarang) bahwa stroke dapat meningkatkan gairah seks dan bahkan menyebabkan penderita menjadi hiperseksual dan memiliki pendekatan seks yang tidak tepat. Dalam hal ini, penting untuk menetapkan batasan.
Beberapa pasangan harus mempelajari kembali posisi mana yang paling nyaman. Bantal atau penyangga dapat melindungi sisi tubuh yang lebih lemah, dan orang yang lebih banyak bergerak harus mengambil posisi teratas.Minta terapis untuk merekomendasikan posisi yang berbeda. Jika khawatir tentang kontinensia urin, ada baiknya jika korban berkemih sebelum berhubungan seks.
Baca Juga: 5 Olahraga Aman Untuk Penderita Skoliosis, Tak Menimbulkan Risiko
Tentu saja, waktu untuk melanjutkan aktivitas seksual setelah stroke bersifat pribadi dan akan bervariasi dalam setiap situasi. Faktor termasuk stabilitas medis, adanya pasangan dan privasi (jika ada pengasuh tambahan di rumah).Jangan mencoba memaksakan masalah. Kembali ke aktivitas seksual membutuhkan kesabaran dan dukungan dari pasangan. (*)