Mereka merasa akan ditinggalkan jika mereka tidak mengikuti rekan-rekan mereka. Selain teman sebaya, orang tua dan kerabat dekat juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi mereka.
Selain itu, rasa ingin tahu dan depresi atau stres juga bisa menjadi penyebab di balik keinginan mereka untuk merokok.
Studi ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Preventive Medicine.
Untuk diketahui, dampak kesehatan dari merokok lebih merugikan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Tingkat merokok di kalangan anak-anak secara global cukup tinggi dan angka-angka di Indonesia juga mengkhawatirkan.
Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) menunjukkan, jumlah perokok anak usia 10-18 tahun terus meningkat dari 7,2% pada 2013 menjadi 9,1& pada 2019.Padahal, pemerintah Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 menargetkan perokok anak harusnya turun menjadi 5,4% pada 2019.
"Sepuluh tahun terakhir Indonesia mengalami peningkatan jumlah perokok pemula sampai 240 %.
Baca Juga: 7 Jenis Protein Pengganti Daging Sapi, Sama Manfaat dan Menyehatkan
Sementara kini, prevalensi perokok anak telah mencapai angka 9,1%, sebuah angka yang seharusnya nihil dalam sebuah negara,” tulis ‘Surat Pernyataan Bersama Dukungan Penguatan Kesehatan Indonesia Melalui Revisi PP 109/2012 Segera!’, Senin (21/6/2021).Surat pernyataan tersebut ditandatangani oleh 16 organisasi, terdiri dari 15 organisasi kesehatan dan Komnas Pengendalian Tembakau.
Surat ditujukan kepada Presiden Jokowi untuk mendorong proses revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Zat Adiktif.Menurut Koalisi, akibat dari meningkatnya perilaku merokok lebih dari sepertiga orang dewasa, Indonesia terus mengalami kerugian kesehatan.
Antara lain, tingginya tingkat perokok juga menyebabkan tingginya angka penyakit tidak menular mematikan, terus naiknya jumlah klaim jaminan kesehatan, dan sulitnya menurunkan angka stunting.