Find Us On Social Media :

Ada Perokok di Rumah, Berpotensi Ciptakan Anak Perokok di Saat Dewasa, Studi

Sering merokok di depan anak berpotensi anak kelak jadi perokok

GridHEALTH.id - Paparan terhadap rokok sebagai seorang anak merupakan faktor risiko untuk merokok orang dewasa karena itu adalah perilaku yang dipelajari, dan hasil penelitian kami menguatkan teori ini," kata pemimpin penulis studi Elena Navas-Nacher. Navas-Nacher adalah seorang peneliti di University of Illinois di Chicago.

Temuan ini didasarkan pada data dari Hispanic Community Health Study/Study of Latinos (HCHS/SOL), studi terbesar yang sedang berlangsung dari populasi etno-budaya yang beragam ini di AS.

Para peneliti melihat data yang dikumpulkan dari 13.231 orang dewasa berusia antara 18-74 tahun.

Empat puluh persen peserta melaporkan terpapar asap rokok di rumah mereka sebagai anak-anak dan remaja, dan 20% dari semua peserta adalah perokok saat ini.

Paparan masa kanak-kanak terhadap rokok rumah tangga hampir dua kali lipat risiko menjadi perokok saat ini dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah terpapar rokok di dalam rumah tangga.

Adegan merokok dalam film di mana aktor favorit anak sedang menyalakan rokok dapat memainkan peran utama dalam mendorongnya untuk mulai merokok.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Dartmouth University di London, para peneliti mengungkapkan bahwa anak-anak yang melihat adegan merokok di layar lebar lebih cenderung mencoba merokok sendiri.

Ini menyumbang 5.000 anak sekolah dalam kelompok usia 9 hingga 15 tahun. Anak-anak dari kelompok usia ini menganggap merokok sebagai tindakan yang 'keren'.

Bagi banyak dari mereka itu adalah cara untuk menegaskan kemandirian mereka, sementara bagi yang lain itu adalah hasil dari tekanan teman sebaya.

Baca Juga: Seiring Berjalannya Waktu, Risiko Bagi Perokok Akan Hilang Bila Berhenti Merokok, Lihat Dampak Positifnya

Baca Juga: Waspadai Dislipidemia, Kolesterol Tinggi Jadi Ancaman Penyakit

Selama masa remaja, anak-anak telah mengembangkan dorongan yang sangat besar untuk mengikuti tren, baik itu merokok, minum, atau berdandan dengan cara tertentu.

Mereka merasa akan ditinggalkan jika mereka tidak mengikuti rekan-rekan mereka. Selain teman sebaya, orang tua dan kerabat dekat juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi mereka.

Selain itu, rasa ingin tahu dan depresi atau stres juga bisa menjadi penyebab di balik keinginan mereka untuk merokok.

Studi ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Preventive Medicine.

Untuk diketahui,  dampak kesehatan dari merokok lebih merugikan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Tingkat merokok di kalangan anak-anak secara global cukup tinggi dan angka-angka di Indonesia juga mengkhawatirkan.

Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) menunjukkan, jumlah perokok anak usia 10-18 tahun terus meningkat dari 7,2% pada 2013 menjadi 9,1& pada 2019.Padahal, pemerintah Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 menargetkan perokok anak harusnya turun menjadi 5,4% pada 2019.

"Sepuluh tahun terakhir Indonesia mengalami peningkatan jumlah perokok pemula sampai 240 %. 

Baca Juga: Paradoks Obesitas, Studi Menunjukkan Mereka yang Kelebihan Berat Badan Lebih Mungkin Bertahan Menghadapi Penyakit Infeksi Menular

Baca Juga: 7 Jenis Protein Pengganti Daging Sapi, Sama Manfaat dan Menyehatkan

Sementara kini, prevalensi perokok anak telah mencapai angka 9,1%, sebuah angka yang seharusnya nihil dalam sebuah negara,” tulis ‘Surat Pernyataan Bersama Dukungan Penguatan Kesehatan Indonesia Melalui Revisi PP 109/2012 Segera!’, Senin (21/6/2021).Surat pernyataan tersebut ditandatangani oleh 16 organisasi, terdiri dari 15 organisasi kesehatan dan Komnas Pengendalian Tembakau.

Surat ditujukan kepada Presiden Jokowi untuk mendorong proses revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Zat Adiktif.Menurut Koalisi, akibat dari meningkatnya perilaku merokok lebih dari sepertiga orang dewasa, Indonesia terus mengalami kerugian kesehatan.

Antara lain, tingginya tingkat perokok juga menyebabkan tingginya angka penyakit tidak menular mematikan, terus naiknya jumlah klaim jaminan kesehatan, dan sulitnya menurunkan angka stunting.

Baca Juga: Obesitas dan Kemiskinan Faktor Terjadinya Hipertensi, Studi WHO

Baca Juga: 5 Jenis Minuman Paling Tidak Disarankan Bagi Penyandang Diabetes

Baca Juga: Benar atau Salah?10 Kesalahpahaman Umum Tentang Asma Wajib Diketahui

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di seluruh dunia mulai menggunakan tembakau pada usia 11 tahun dan mereka mengembangkan kecanduan sebelum mereka mencapai usia 15 tahun. Merokok adalah pemicu di balik sejumlah masalah kesehatan termasuk penyakit kardiovaskular, masalah neurologis dan masalah kesehatan seksual.

Namun, sistem pernapasan adalah yang paling terpengaruh oleh merokok. Itulah sebabnya WHO memilih 'Tembakau dan kesehatan paru-paru' sebagai tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2019.

Anak-anak, dengan sistem kekebalan yang kurang berkembang menjadi lebih rentan terhadap masalah paru-paru ketika mereka mulai merokok. Jadi, mereka sering menjadi mangsa serangan asma parah. Mereka juga menderita infeksi telinga. (*)