GridHEALTH.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Sabtu (21/05/2022), melaporkan adanya 92 kasus konfirmasi cacar monyet yang terdeteksi di 12 negara.
Kasus pertama cacar monyet yang semakin luas penyebarannya ini, pertama kali terdeteksi di Inggris pada 7 Mei lalu dan terus bertambah. Hingga saat ini tercatat ada sekitar 20 orang yang terinfeksi.
Selain itu penularan virus monkeypox juga ditemukan di beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Jerman, Portugal, dan Swedia.
Menurut CDC, cacar monyet adalah penyakit infeksi yang disebbakan oleh virus monkeypox yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dan famili Poxviridae.
Virus ini pertama kali terdeteksi pada 1958 yang dialami koloni monyet. Penularan pertama pada manusia tercat terjadi tahun 1970 di Republik Demoktratik Kongo (RDC).
Infeksi cacar monyet belakangan menjadi perhatian karena banyak di antara mereka yang tidak pergi ke wilayah endemi seperti RDC, Nigeria, atau Kamerun.
Selain itu, para pasien juga tidak melakukan kontak dengan orang-orang yang berpergian ke wilayah barat dan tengah Afrika, tempat di mana terdapat hewan yang berisiko menularkan virus ini.
Akan tetapi, ada satu hal yang disadari oleh para ahli kesehatan. Kebanyakan pasien cacar monyet, terutama di Inggris dan Eropa, merupakan pria yang menjalin hubungan sesama jenis (gay) dan biseksual
Baca Juga: Terdeteksi di 12 Negara, Ini Beda Cacar Monyet dan Cacar Air Biasa
Dilansir dari The Guardian, Senin (23/05/2022), pimipinan Badan Kesehatan Inggris (UKHSA) Susan Hopkins pun mewanti-wanti para pria gay dan biseksual untuk selalu mewaspadai gejala cacar monyet.
Lantas, apakah infeksi cacar monyet kali ini hanya menyerang pasangan gay ataupun biseksual saja?
Wakil direktur UNAIDS Matthew Kavanagh, menyayangkan adanya stigma bahwa cacar monyet merupakan penyakit yang hanya menular pada kelompok tertentu saja.
Pakar kesehatan masyarakat dan ahli virologi mengatakan bahwa fokus pada pria gay yang terkena cacar monyet sekarang, mengingatkannya pada laporan awal HIV dan AIDS.
Secara tegas, ahli virus dan dokter Dr. Boghuma Kabisen Ttanji, mengatakan bahwa cacar monyet bukan penyakit yang hanya menyerang laki-laki gay dan biseksual.
WHO meluruskan, bahwa penularan paling berisiko terjadi jika seseorang melakukan kontak fisik dengan penderita cacar monyet.
Risiko infeksi bisa terjadi pada siapa saja, tidak hanya terbatas pada pria yang berhubungan seks dengan pria saja.
“Ini termasuk tenaga kesehatan, anggota keluarga di rumah, dan pasangan seksual,” tulis WHO, dikutip dari Insider, Senin (23/05/2022).
“Menstigma sekelompok orang karena penyakit tidak pernah bisa diterima. Ini bisa menjadi hambatan untuk mengatasi wabah karena membuat orang enggan mencari perawatan dan memicu penyebaran yang tidak terdeteksi,” sambung mereka.
Baca Juga: Virus Monkeypox Menyebar di Eropa dan Amerika, Begini Penularannya
Penularan cacar monyet
Diketahui cara penularan cacar monyet bisa terjadi jika melakukan kontak fisik yang dekat dan tak terbatas dari hubungan seksual saja.
Adapun penularan cacar monyet bisa terjadi melalui air liur, darah, atau ruam yang ada di tubuh seseorang yang terinfeksi.
Ruam yang muncul pada orang yang terinfeksi cacar monyet, diketahui sangat menular. Ruam biasanya muncul di wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lain seperti telapak tangan dan kaki ataupun selangkangan.
Gejala yang muncul saat tubuh terpapar virus monkeypox adalah seperti berikut:
1. Demam
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot dan punggung
4. Pembengkakan kelenjar getah bening
5. Meriang
6. Kelelahan.(*)
Baca Juga: Mengenal Vaksin Smallpox Yang Bisa Mencegah Wabah Cacar Monyet