GridHEALTH.id - Kasus hepatitis akut misterius yang kini sedang memuat cemas banyak negara, juga masyarakat Indonesia, gejalanya serupa dengan penyakit hepatitis, namun virus penyebabnya tidak sama.
Kasus hepatitis akut misterius ini, sebanyak 15 kasus suspek teridentifikasi di Indonesia per 10 Mei 2022.
Dari 15 kasus tersebut, spesimen 7 kasus diterima laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia–Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI–RSCM) sebagai upaya untuk mencari solusi penanganan.
Mengenai penyakit hepatitis akut misterius ini,“Pertama kali muncul di Eropa. Berdasarkan data terakhir, saat ini Hepatitis Akut telah menyebar di 20 negara. Saya mendapat kontak dari Menteri Kesehatan yang meminta bebeberapa ahli dari FKUI untuk membahas kasus ini,” kata Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB selaku Dekan FKUI.
Pada penjelasannya dalam acara Webinar yang diselenggarakan melalui Zoom dan YouTube @cmefku, yang diselenggarakan oleh Continuing Medical Education (CME) FKUI, mengangkat tema “Infeksi Emerging: Hepatitis Akut Berat yang Belum Diketahui Penyebabnya”, pada Kamis (12/05), Prof. Hanifah menyampaikan, saat ini belum diketahui cara untuk memastikan pasien yang mengidap penyakit Hepatitis Akut Berat.
Meski begitu, ada fase-fase yang dapat dikenali sebagai gejala penyakit ini.
Pada fase awal, penderita merasakan diare, mual-muntah, demam, dan masalah pernapasan. Ketika memasuki fase lanjutan, terjadi perubahan warna kekuningan pada kulit atau mata.
Penderita mengalami buang air kecil pekat atau buang air besar berwarna pucat, juga mengalami kejang. Pada fase terakhir, penderita kehilangan kesadaran.
Sejauh ini, ilmuwan menemukan adanya Adenovirus tipe 41 dalam darah para suspek.
Baca Juga: Hati-hati, Usus Bisa Rusak Jika Punya Kebiasaan Makan Seperti Ini
Virus ini dan SARS-CoV-2 diperkirakan sebagai salah satu penyebab paling mungkin Hepatitis Akut Berat.
Untuk diektahui, Adenovirus merupakan virus yang biasa ditemukan dalam kasus muntah dan diare, tetapi tidak diketahui jika dapat menyebabkan Hepatitis.
Berangkat dari temuan ini, para ilmuwan menyebutkan enam hipotesis penyebab penyakit Hepatitis Akut Berat.
Pertama, akibat jarang terpapar Adenovirus saat pandemi.
Kedua, akibat mutasi Adenovirus varian baru.
Ketiga, merupakan sindrom post-infeksi SARS-CoV-2.
Keempat, akibat paparan obat/lingkungan.
Kelima, adanya patogen baru.
Keenam, disebabkan varian baru SARS-CoV-2.
Baca Juga: Tetap Berhati-hati, Kemenkes Duga Cacar Monyet Bisa Menular Lewat Droplet
Pada acara tersebut yang menghadirkan tiga narasumber, yaitu Guru Besar yang juga merupakan Dokter Spesialis Anak Sub Spesialis Gastro-Hepatologi FKUI–RSCM, Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, SpA(K); Spesialis Mikrobiologi FKUI, Dr. dr. Budiman Bela, SpMK(K); dan dosen Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid.
Dr. Budiman menyampaikan, perlu dilakukan pemeriksaan kemungkinan penyebab penyakit sesuai gejala klinis yang ditemukan.
Dirinya menyanggah adanya korelasi antara vaksin Covid-19 dan kasus Hepatitis Akut.
Mayoritas pasien berusia 3–5 tahun dan kebanyakan dari mereka tidak menerima vaksin Covid-19.
Terlebih, Adenovirus yang dikaitkan dengan sebagian besar kasus adalah Adenovirus Tipe 41 sehingga berbeda dengan yang digunakan dalam beberapa vaksin Covid-19.
Oleh karena itu, tidak terbukti adanya korelasi antara vaksin Covid-19 dan kasus Hepatitis Akut Berat.
Penularan dan Pemicu Penularan Hepatitis AkutHepatitis Akut Berat dapat menular melalui mulut dari benda, makanan, atau minuman yang terkontaminasi kotoran orang yang terinfeksi virus serta saluran pernapasan.
Dr. Budiman menyarankan kepada fasilitas pelayanan kesehatan agar menggunakan standar pencegahan dan pengendalian infeksi, terutama pada semua staf yang terlibat.
Baca Juga: Healthy Move, Berenang Jadi Latihan Terbaik Untuk Nyeri Sendi di Kaki
Akan lebih baik jika anak dirawat dalam kamar yang memiliki kamar mandi dan toilet khusus. Dr. Budiman juga mengimbau masyarakat agar menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak); memastikan makanan dan minuman tidak tercemar; dan melindungi anak dari infeksi melalui fekal-oral serta saluran napas.Ada tiga aspek pemicu terjadinya penyakit, yaitu penderita, penyebab, dan lingkungan.
Faktor dari penderita meliputi pengetahuan dan perilaku, kebersihan diri, imunitas dan nutrisi tubuh, serta riwayat infeksi dan vaksinasi.
Faktor penyebab penyakit seperti bakteri, virus, dan parasit memengaruhi faktor penderita. Sementara itu, faktor lingkungan dapat berupa kontak kasus, wilayah, sanitasi, sarana air bersih, dan pengolahan makanan.
Terkait faktor lingkungan, kebijakan tiap negara memiliki andil besar dalam menciptakan lingkungan yang sehat.Sedangkan menurut Dr. Asti, dirinya menyarankan agar orang tua mengajarkan kebiasaan hidup sehat kepada anaknya.
Kebiasaan ini meliputi cara mencuci tangan dengan benar, oral hygiene, toilet hygiene, serta cara membersihkan badan dan menggunting kuku.
Teknik mencuci makanan, kebiasaan memakai pakaian bersih, serta tidur di tempat yang bersih juga perlu diajarkan kepada anak.
Jangan lupa mengajarkan etika bersin dan batuk, serta budaya berbenah. Di rumah dan sekolah, kebersihan lingkungan dan sanitasi penting untuk dijaga.
Baca Juga: Terapi Akupuntur, Solusi Alternatif untuk Menghilangkan Nyeri Migrain
Upaya mencegah dan melawan penyakit Hepatitis Akut Berat tidak dapat dilakukan sendiri. Menurut Prof. Hanifa, perlu kerja sama dari berbagai pihak untuk menangani penyakit ini.
Bagi masyarakat, tenaga kesehatan, atau peneliti yang menemukan terjadinya kasus ini, dapat melapor kepada Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui bit.ly/PelaporanKasusHepatitisAkut atau kepada Kementerian Kesehatan RI dalam bentuk form penyelidikan epidemiologi (PE).
Jika ada kasus potensial, masyarakat dapat melapor kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) dengan kontak WhatsApp (0877-7759-1097) atau e-mail poskoklb@yahoo.com.(*)