Dibandingkan dengan kelompok dengan risiko tertinggi, orang yang hanya menonton dua hingga tiga jam per hari mempunyai 6% risiko lebih rendah terserang penyakit tersebut.
Sementara itu, orang-orang yang hanya menonton televisi kurang dari satu jam setiap harinya, risiko penyakit jantung koroner lebih rendah 16%.
Berbeda dengan televisi, dalam penelitian tersebut waktu luang yang dihabiskan dengan menggunakan komputer tidak berpengaruh besar meningkatkan risiko penyakit.
“Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab kematian dini yang paling menonjol, jadi menemukan cara untuk membantu orang mengelola risiko mereka melalui modifikasi gaya hidup adalah penting,” kata Dr Katrien Winjdaele dari Unit Epidemiologi MRC, dikutip dari Science Daily, Jumat (27/5/2022).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah merekomendasikan untuk mengurangi kebiasaan berdiam diri dan menggantinya dengan melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan.
“Meskipun tidak mungkin mengatakan dengan pasti bahwa duduk menonton TV meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, karena berbagai faktor pembaur potensial dan kesalahan pengukuran, pekerjaan kami mendukung pedoman WHO,” jelasnya.
“Ini (hasil penelitian) menyarankan cara yang mudah dan teratur untuk mencapai tujuan, bagi populasi umum serta individu risiko genetik yang tinggi penyakit jantung koroner,” sambungnya.
Baca Juga: Dampak Kadar Asam Urat Perlu Diwaspadai, Bisa Sebabkan Komplikasi
Terdapat beberapa alasan potensial yang menjelaskan kaitan antara menonton televisi dan risiko penyakit jantung koroner, dibandingkan dengan memakai komputer.
Menonton televisi cenderung dilakukan orang-orang pada malam hari, setelah selesai menyantap makan malam.
Mengonsumsi makanan berkalori tinggi, menyebabkan kadar glukosa dan lipid yang lebih tinggi, seperti kolesterol dalam darah.
Selain itu, orang-orang juga sering memakan camilan saat menonton TV, dibandingkan ketika menggunakan komputer.