Find Us On Social Media :

Diserang Subvarian BA.4 dan BA.5, Perlukah Vaksinasi Dosis Ke-4?

Vaksinasi dosis ke4 tak direkomendasikan karena capaian vaksin booster pertama masih rendah.

GridHEALTH.id - Vaksinasi merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari Covid-19.

Program vaksinasi yang berjalan di Indonesia, mewajibkan masyarakat untuk mendapatkan vaksin Covid-19 sebanyak tiga dosis.

Terdiri dari vaksin primer dua dosis lengkap dan vaksin booster atau dosis ketiga.

Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama, sempat mengusulkan diadakannya vaksinasi dosis keempat di Tanah Air.

Ia menjelaskan bahwa usulan ini berdasarkan kebijakan yang diberlakukan oleh Dinas Kesehatan New York (NYSDOH). Di mana warga yang berusia di atas 50 tahun perlu mendapatkan vaksin booster kedua atau vaksin dosis keempat.

"Mungkin dapat dipertimbangkan juga di negara kita. Pertama, kebijakan ini dikeluarkan oleh Dinas Keseahatan New York, artinya bukan nasional," kata Prof Tjandra dikutip dari GridHEALTH.id (27/05/2022).

"Kedua, pemberian vaksin booster kedua (vaksin keempat) memang makin luas digunakan," sambungnya.

Di tengah tren kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan ini dan terdeteksinya subvarian BA.4 dan BA.5, apakah vaksin dosis keempat diperlukan?

Kepala Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Erlina Burhan, Sp.P(K) belum menyarankan vaksinasi dosis ke-4.

Baca Juga: Indonesia Disarankan Suntikan Vaksin Covid-19 Dosis ke 4, Ini Jawaban Kemenkes

Pasalnya, berdasarkan data yang ada cakupan vaksin booster atau dosis ketiga saat ini masih rendah.

"Kalau kita melihat angka capaian vaksin booster saat ini hanya 23%, seharusnya ini dulu yang ditingkatkan," ujarnya di media diskusi PB IDI, Selasa (21/06/2022).

Vaksinasi dosis keempat, menurutnya tidak perlu terburu-buru dilakukan dan lebih baik melindungi orang-orang yang belum divaksin.

Dia mengimbau kepada seluruh kepala daerah, baik gubernur atau bupati, untuk melakukan upaya peningkatan cakupan vaksinasi booster masyarakatnya.

"Ini butuh kerja sama stakeholder, karena tidak bisa hanya salah satu pihak saja. Kita harus sama-sama sebagai pemangku kebijakan untuk mendorong masyarakat (vaksin booster)," jelasnya.

Lebih lanjut, apabila wacana vaksin booster dosis kedua atau vaksin dosis ke-4 ini benar dilakukan, disarankan untuk memprioritaskan tenaga medis terlebih dahulu.

"Booster yang kedua mungkin bisa dilaksanakan terbatas karena logistik. Kalau pun ada wacana booster yang kedua, saya kira diprioritaskan ke tenaga kesehatan yang langsung menangani Covid-19," kata dokter Erlina.

Ia mengingatkan, bahwa vaksin booster dilakukan untuk meningkatkan proteksi atau antibodi tubuh terhadap infeksi.

Karena, proteksi yang diberikan oleh vaksinasi primer, mengalami penurunan setelah 6 bulan kemudian.

Baca Juga: Tanpa Suntikan Booster, Vaksinasi Tidak Efektif Menghadapi Omicron, Studi