Tapi Anggita mengaskan, tidak semua anak yang terlahir prematur akan mengalami hal tersebut. Karena, terkadang penelitan yang dilakukan pengambilan samplenya tidak banyak.
"Tapi, bukan berarti semua anak prematur akan mengalami hal tersebut juga. Karena biasanya, penelitian-penelitian yang dilakukan jumlah sampelnya tidak banyak," sambungnya.
Bedasarkan penelitian, bayi prematur rentan mengalami depresi karena ada perkembangan yang belum matang di otaknya.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk melindungi anaknya dari gangguan kesehatan mental.
"Mulai dari keterampilan mengenal dan mengelola emosi, keterampilan interpersonalnya supaya dia bisa mendapat dukungan sosial di masa dewasa, keterampilan mengelola stres, problem solving, serta relasi yang ramah, dan hangat untuk anak," sambung Anggita.
Baca Juga: Healthy Move, Jenis Kegiatan yang Sesuai Untuk Tumbuh Kembang Anak SD
Anggita juga menyarankan, supaya para orangtua bisa mengajarkan keterampilan mengenal dan mengelola emosi sejak anak berusia dini.
Karena, bahasa pertama anak adalah dengan menangis.
Nah, ketika anak sudah mulai bisa mengerti omongan dari orangtuanya, maka itu waktu yang pas untuk dikenalkan berbagai emosi.
"Dari kecil, tapi yang pasti dimulai dari pengenalan emosi karena anak mulai lahir dengan menangis, maka yang ia tahu nangis itu sebagai simbol sedih, marah, frustasi, dan apapun itu bahasa pertama, maka ketika anak sudah bisa mulai mengakses informasi, mengerti omongan orangtua, maka bisa dikenalkan emosi," ungkap Anggita.
Mulai dari senang, sedih, bahagia, kesal, dan sebagainya.
Ajari juga anak bagaimana cara mengontrol emosi tersebut.(*)
Baca Juga: Wanita Korban Pelecehan Seksual Lebih Rentan Terkena Hipertensi, Studi