Find Us On Social Media :

Cara Mengurangi Risiko Penyakit Kardiovaskular Kuncinya ASI Eksklusif

ASi eksklusif cegah risiko penyakit kardiovaskular.

Masih menurut Prof. Sukman, meskipun belum ada penelitian epidemiologis yang menyeluruh di Indonesia, namun  beberapa penelitian pada anak-anak sekolah menunjukkan tingginya faktor risiko kardiovaskular pada anak.

Identifikasi dan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut pada anak  dan remaja merupakan upaya untuk mencegah dan  menurunkan kejadian PKV termasuk penyakit jantung koroner.Dalam hal PKV yang penyebabnya akibat proses aterosklerosis maka makin banyak terdapat faktor risiko akan makin tinggi angka morbiditas dan mortalitas akibat PKV. 

Untuk diketahui, faktor risiko kardiovaskular dikelompokkan dalam 3 kelompok, yakni: faktor risiko yang dapat diubah (modifiable/ changeable), disebut juga sebagai faktor risiko tradisional meliputi hiperlipidemia, obesitas, inaktivitas/sedentary, diabetes mellitus, merokok dan hipertensi, juga ada faktor risiko intrinsik meliputi genetik, lingkungan dan  suscestibility, serta faktor risiko yang baru muncul (emerging risk factors) meliputi inflamasi/infeksi sistemik, sitokine, CRP dan homosistein.

Faktor risiko yang ditemukan pada seorang individu akan menyebabkan disfungsi endotel vaskular sehingga terjadi penurunan produksi NO, peningkatan respons inflamasi endotel dan hyperplasia intima yang pada akhirnya akan terbentuk lesi aterosklerotik yang akan menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.

Proses tersebut terjadi perlahan namun pasti dalam beberapa dekade kehidupan.  

Bagaimana pencegahan pada anak?

Baca Juga: Hari Populasi Sedunia Diperingati Setiap 11 Juli, Penduduk Dunia Segera Capai 10 Miliar!

Terdapat 3 fokus utama yang dapat mencegah faktor risiko kardiovaskular pada anak dan remaja dari aspek promosi kesehatan yakni: nutrisi aktivitas fisik, dan paparan tembakau (rokok). 

Nutrisi sejak bayi berupa pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan ternyata bisa membuatnya saat di sekolah lanjutan atas (remaja) mempunyai ketebalan tunika intima media arteri karotis lebih tipis dan berbeda secara bermakna dibandingkan pada remaja yang pada masa bayi minum susu formula atau ASI kurang dari 4 bulan. 

Hal ini membuktikan bahwa nutrisi yang baik anak sejak usia dini dapat mengurangi risiko terjadinya PKV akibat aterosklerosis di kemudian hari.

Sementara itu, aktivitas anak yang kurang (sedentary lifestyle) dan paparan terhadap tembakau yang berlebihan telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan risiko PKV khususnya penyakit jantung koroner yang saat ini menjadi penyebab kematian utama tertinggi di Indonesia.“Deteksi faktor risiko kardiovaskular melalui uji tapis pada usia anak dan remaja dan strategi untuk melakukan intervensi merupakan kunci utama dalam menurunkan angka kejadian PKV di usia dewasa dan lanjut."

"Masih tingginya angka kematian akibat PKV di Indonesia saat ini mungkin akibat minimnya kesadaran untuk mendeteksi dan mengintervensi faktor risiko kardiovaskular sejak usia dini dan remaja pada sekitar 90 juta anak Indonesia."

"Sehingga diperlukan strategi dan langkah yang kongkrit dengan melibatkan semua sektor terkait dari sektor kesehatan, pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat itu sendiri,” papar Prof. Sukman, yang juga ketua Purna Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.(*)