Beberapa tanda dan gejala yang biasa dialami dari keracunan bahan merkuri adalah munculnya rasa depresi, sifat lekas marah, perasaan malu, masalah pada memori, tremor, perubahan dalam penglihatan atau pendengaran, ataksia (limbung), hingga mati rasa dan kesemutan di tangan, kaki, atau sekitar mulut.
Efek yang merugikan dari keracunan merkuri adalah gejala baru akan muncul setelah akumulasi selama lima hingga sepuluh tahun dan sulit untuk diatasi.
Saat merkuri masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan keracunan merkuri dan dapat merusak cerebellum atau otak kecil manusia, hasilnya berbagai fungsi organ yang berhubungan dengan otak kecil akan terganggu, terutama berkaitan dengan fungsi motorik.
Oleh karena itu, Environmental Protection Agency (EPA) US juga mendorong konsumen untuk lebih memilih produk tanpa merkuri juga menghindari lingkungan yang mengandung merkuri, seperti daerah pertambangan.
Kasus Keracunan Merkuri di Indonesia
Penggunaan merkuri di Indonesia selain ditemukan dalam beberapa produk medis, keseharian, hingga kecantikan, biasanya juga digunakan untuk tambang emas skala kecil.
Namun sayangnya, karena kurangnya pengawasan di lapangan mengakibatkan banyak orang yang mengimpor merkuri secara ilegal masuk ke Indonesia, tanpa peduli dampak membahayakan dari keracunan merkuri.
Baca Juga: Tanda Awal Infeksi Kulit Akibat Merkuri Pada Kosmetik, Ini Cirinya
Apalagi fakta menyebutkan racun merkuri bisa bertahan di lingkungan selama 150 tahun, sedangkan racun dari merkuri pertambangan menjadi salah satu penyumbang emisi global yang banyak, diperkirakan mencapai 37% dari emisi global atau mencapai 727 ton per tahun.
Untuk di Indonesia sendiri, pertambangan emas skala kecil menjadi sumber pengguna merkuri terbanyak dan paling berdampak pada lingkungan dan tubuh manusia.
Setidaknya ada bayi lahir cacat dan anak-anak dengan masalah kesehatan serius dihadapi di lingkungan pertambangan emas, seperti di Mandailing Natal di Sumatera Utara, Sekotong di Lombok, Bombana di Sulawesi Tenggara, dan Cisitu di Banten.
Target Nol Merkuri di Tambang dan Kesehatan Indonesia