Find Us On Social Media :

Pentingnya Paparan Sinar Matahari Bagi Kesehatan Mental, Jika Kurang Risikonya Depresi

Manfaat sinar matahari bagi manusia. Terhindar dari maslaah kesehatan mental.

GridHEALTH.id - Sinar matahari penting bagi manusia. Karenanya manusia bergantung dan membutuhkan sinar matahari.

Ketahuilah, sinar matahari tidak saja baik bagi kesehatan secara fisik, misal meningkatkan imunitas dan kesehatan kulit.

Tapi, paparan sinar matahari pun mempunyai manfaat bagi kesehatan mental manusia.

Manusia yang kurang terpapar sinar matahari berisiko depresi.

Menurut Dr.dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.Kj., dari Universitas Gadjah Mada (UGM), paparan sinar matahari memang memiliki dampak yang kuat pada mental kesehatan, terutama suasana hati.

Sinar matahari berperan penting dalam zat dalam tubuh, termasuk zat yang berperan dalam mengatur suasana hati.“Kalau dikatakan sinar matahari berpengaruh terhadap suasana hati atau suasana hati itu memang betul karena berpengaruh terhadap zat serotonin dalam tubuh yang menjaga kita dalam suasana hati yang baik dan tetap segar,” jelasnya, dilansir dari laman ugm.ac.id (17/02/2022).

Sinar matahari merangsang otak untuk memproduksi serotonin dalam tubuh. Zat ini membantu dalam mengatur perasaan hati seperti bahagia, sedih, nyaman, cemas, nyeri dan lainnya.

Paparan sinar matahari yang cukup akan meningkatkan produksi zat tersebut, dan menjaga suasana hati untuk tetap baik dan rasa segar di siang hari.

Baca Juga: Perbedaan Kanker dan Tumor, Jangan Sampai Keliru Membedakannya

Sebaliknya apabila kandungan zat tersebut dalam tubuh rendah, bisa memengaruhi suasana hati menjadi tidak nyaman.Mengenai hal tersebut dr. Ronny mencontohkan, “Kalau suasana hati sedang low baik biasanya suka yang redup-redup dan berdiam di kamar. Ini memang mekanisme tubuh saat mood tidak baik, namun harus dipaksa untuk terpapar matahari agar suasana hati bisa bagus lagi.”

Penting juga diketahui, “Paparan matahari yang cukup akan memicu peningkatan zat melantonin di malam hari yang mendorong rasa kantuk dan lelah sehingga tidur malam lebih lelap,” tutur Ketua Prodi Pendidikan Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa FKKMK UGM ini.Saat malam hari pelepasan zat serotonin akan menurun. Sebab, otak tidak lagi terangsang memproduksi serotonin. Setelahnya, tubuh akan mulai melepas zat melantonin yang memicu rasa mengantuk dan lelah.

Mereka yang kurang sekali terpapar sinar matahari, misal hidup di negara sub tropis, atau memiliki empat musim, hal tersebut bisa berisiko bagi yang mengalami Seasonal Affective Disorder (SAD).“SAD ini merupakan gangguan suasana perasaan hati terkait musim yang banyak terjadi di negara dengan empat musim dan menguat saat musim dingin. Gangguan ini jarang terjadi di negara tropis,” ucapnya.

Penyebab pasti SAD, menurut dr. Irma Lidia melansir Lifepack, sampai saat ini belum diketahui.

Namun banyak peneliti telah menemukan bahwa penderita SAD memiliki ketidakseinbangan hormon serotonin, yakni hormon yang memengaruhi suasana hati.

Selain itu tubuh penderita SAD juga memproduksi terlalu banyak hormon melatonin yang berfungsi untuk mengatur tidur, dan kekurangan vitamin D.

Baca Juga: Wejangan Untuk Anak Disabilitas Indonesia Dari Soeharto dan Kondisi Realita Saat Ini

Gejala SADTerdapat beberapa gejala yang menandakan seseorang mengalami Seasonal Affective Disorder (SAD). Faktor-faktor tersebut, antara lain:

* Merasa depresi hampir setiap hari

* Kehilangan ketertarikan pada aktivitas yang biasanya dinikmati

* Merasa memiliki energi yang rendah

* Kesulitan tidur

* Perubahan selera makan dan berat badan

* Kesulitan berkonsentrasi

* Merasa tidak ada harapan, tidak berharga, atau merasa bersalah

Baca Juga: Dikabarkan Meninggal Dunia, Sosok Hamli Ndigani yang Bertanya 'Kenapa Presiden Cuma Satu?' era Soeharto Sekarang Menjadi Tukang Service Elektronik

* Memiliki pemikiran tentang kematian atau bunuh diri.

Mencukupi Kebutuhan Sinar Matahari

Untuk memenuhi kebutuhan sinar matahari bagi tubuh, menurut dr. Ronny, biasanya di negara empat musim akan dilakukan terapi cahaya.

Terapi dilakukan dengan menggunakan lampu led dengan kapasitas tertentu serta dipaparkan dalam dosis tertentu.dr. Ronny mengungkapkan tidak sedikit masyarakat yang berada di wilayah tropis, termasuk Indonesia dengan keberlimpahan paparan sinar matahari kurang mendapatkan asupan sinar matahari.

Terlebih pada pekerja kantoran dan anak-anak yang menjalani sekolah full day.

Keduanya menjadi kelompok yang berisiko karena lebih sering berada di dalam ruangan sepanjang hari yang minim akses cahaya matahari dan hanya dengan penerangan buatan.

Ditambah di tengah kondisi pandemi Covid-19, penerapan bekerja maupun sekolah dari rumah untuk menekan penyebaran Covid-19.Untuk mengatasi hal itu, dr. Ronny menyampaikan perlunya pengaturan paparan cahaya matahari. Salah satunya dengan berjemur di pagi hari.

Baca Juga: Deteksi Mandiri Tumor Testis, Ketahui Gejalanya Supaya Bisa Segera Diobati

“Hidupkan lagi tradisi “dede” atau karena tidak untuk mengaktifkan vitamin D, namun juga menjaga suasana hati itu terbukti secara ilmiah,” tegasnya.Selain itu, dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan tempat kerja atau sekolah. Upayakan setiap ruangan di kantor, sekolah, maupun rumah mendapatkan akses masuknya cahaya matahari. Pengobatan SADPengobatan utama dari SAD adalah dengan melakukan terapi sinar.

Hal ini untuk menggantikan sinar matahari yang tidak didapat selama musim gugur dan musim dingin.

Pada terapi ini, penderita SAD akan duduk di depan kotak cahaya setiap pagi untuk mendapatkan paparan sinar matahari harian.

Meski begitu, pada beberapa kasus penderita SAD tidak merespon sinar saat terapi. Sehingga biasanya dokter akan memberikan obat-obatan antidepresan, terapi bicara, yang masih dikombinasikan dengan terapi cahaya untuk mengurangi gejala depresi.

karenanya, jangan takut terkena sinar matahari langsung.(*)

Baca Juga: Ruben Onsu Didiagnosis Penyakit Langka Empty Sella Syndrome, Penglihatan Terganggu Jadi Salah Satu Gejala