GridHEALTH.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, bahwa penyakit jantung masih menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia.
Dari data yang dikeluarkan oleh WHO pada 2020 lalu, sekitar 16% kasus kematian yang dialami oleh orang-orang di dunia, disebabkan oleh penyakit jantung.
Selama ini, penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit orang tua. Namun nyatanya, banyak juga orang-orang usia produktif yang terkena serangan jantung.
Namun berdasarkan Data Riskedas tahun 2018, penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia pada usia produktif.
Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Intervensi, dr Wishnu Aditya Widodo, Sp. JP(K), mengatakan memang terjadi peningkatan pasien penyakit jantung usia muda.
"Ini adalah fenomena yang betul-betul terjadi, ya. Dalam arti, dulu di lapangan kita bilang sakit jantung adalah penyakit orang tua. Jadi orang yang sakit jantung usianya 50-60 tahun ke atas," kata dokter Wishnu Aditya, dalam Media Discussion, Senin (1/8/2022), yang diikuti oleh GridHEALTH.id.
Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah ini menyebutkan, bahwa banyak pengidap penyakit jantung yang usianya di bawah 50 tahun.
"Nah, sekarang ini banyak sekali kita ketemu seseorang yang terkena serangan jantung usianya 30-40 tahunan. Dan ini ternyata berdasar statistik, sudah mencapai 20 persen dari seluruh pasien yang terkena serangan jantung," jelasnya.
Fenomena serangan jantung usia muda, tak hanya terjadi di Indonesia. Tapi juga negara-negara lain, seperti yang ada di Eropa maupun Amerika.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Berbahaya bagi Penyintas Penyakit Jantung? Rekomendasi dari PERKI Berikut Ini
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa terjadi penambahan penderita penyakit jantung usia muda setiap tahunnya.
"Dari tahun ke tahun, peningkatan jumlah seseorang yang terkena serangan jantung usianya 30-40 tahun itu, naik dua persen. Jadi kecenderungannya memang, dalam statistik usianya semakin lama semakin muda," ungkap dokter Wishnu.
Penyebab penyakit jantung di usia muda
Ia menyebutkan, penyebab penyakit jantung yang kerap kali dialami di usia produktif cukup beragam.
Adapun faktor risikonya, mulai dari keturunan (genetik) atau pengaruh gaya hidup, seperti memliki penyakit diabetes, darah tinggi, pola makan tidak dijaga, olahraga tidak teratur, dan merokok.
"Pada setiap orang, faktornya bisa berbeda-beda. Jadi misalnya ada orang yang lifestyle-nya sehat, tapi dia tetap kena serangan jantung. Ternyata di keluarganya, ada yang usia 40 tahun sudah bypass, 45 tahun sudah pasang stent jantung (ring)," katanya.
Begitu juga sebaliknya, ada orang yang masih diusia produktif harus terkena serangan jantung karena gaya hidupnya yang kurang baik, meskipun tidak ada riwayat penyakit jantung.
"Misalnya badannya gemuk sekali di atas 100 kilogram, tidak pernah olahraga, kolesetrolnya tinggi. Meskipun faktor genetik tidak terlalu dominan, tapi dia tetap kena serangan jantung juga," pungkasnya.
Kapan harus periksa penyakit jantung?
Baca Juga: Manfaat Kunyit Bagi Kesehatan, Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Jantung
Menurut American College of Cardiology (ACC), pada orang yang berusia di atas 40 tahun, pemeriksaan cukup dilakukan satu tahun sekali.
Namun, karena saat ini penyakit jantung banyak dialami oleh orang-orang usia muda. Maka pemeriksaan lebih baik dilakukan lebih awal.
Check-up rutin untuk mengetahui penyakit jantung, juga disarankan untuk dilakukan lebih cepat, jika mempunyai faktor risiko.
Penyakit jantung bukan penyakit yang hanya dialami oleh orang lanjut usia (lansia) saja, tapi juga usia muda yang masih produktif. (*)
Baca Juga: 9 Alasan Mengapa Kopi dalam Jumlah yang Tepat Baik Untuk Kesehatan