Find Us On Social Media :

Inilah Ciri Anak dan Bayi yang Berisiko Tinggi Terinfeksi Cacar Monyet

IDAI: PHBS kunci anak terhindar dari cacar monyet, orangtua wajib mengajarkannya pada anak.

GridHEALTH.id - Anak dan bayi menjadi selalu menjadi bagian dari kelompok rentan dalam berbagai penyakit yang melanda dunia.

Belum usai proses anak berdamai dengan pandemi Covid-19, anak kembali terancam keadaannya setelah munculnya hepatitis akut misterius yang menginfeksi anak, hingga terkini munculnya wabah dari cacar monyet.

Kondisi ini tentu membuat khawatir para orangtua dalam menjaga anak dan memastikan anak terhindar dari berbagai penyakit yang mengancam, sehingga diperlukan langkah aktif dari orangtua untuk mengedukasi anak dan menjadi contoh dalam menerapkan langkah pencegahan cacar monyet.

Ciri Anak dan Bayi Berisiko Tinggi

IDAI dalam konferensi pers yang diadakan oleh PB IDI pada hari Selasa (02/08/2022) ini meminta kepada seluruh orangtua untuk tidak terlalu panik dalam menghadapi ancaman infeksi cacar monyet.

Ketua umum IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) menyebutkan anak, terutama bayi dan anak dengan imunokompromais ataupun imun rendah dan kondisi kulit tertentu pada anak, menjadi kelompok rentan dalam penyebaran cacar monyet.

Akan tetapi berdasarkan laporan, kasus penyebaran cacar monyet dalam rumah tangga hanya sebesar 9% dari total penyebaran cacar monyet di seluruh kasus di dunia.

Tercatat data dari seluruh dunia, sudah ada lebih dari 80 anak yang terinfeksi cacar monyet dan sebagian besar terinfeksi karena penularan dalam rumah tangga.

Ibu hamil dikatakan oleh para pakar memiliki kemungkinan menyebarkan cacar monyet kepada janin atau bayi baru lahir, karena kontak dekat yang terjadi selama dan setelah kelahiran, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebaran infeksi cacar monyet dari ibu ke anak.

Baca Juga: Satgas Cacar Monyet IDI; Bukan Penyakit Menular Seks, Kontak Erat Penyebab Utama

Gejala cacar monyet pada anak

Gejala cacar monyet pada anak mirip dengan cacar monyet pada orang dewasa, di mana tanda yang paling umum adalah munculnya ruam yang berkembang dari lesi hingga menjadi keropeng.

Perhatikan jika anak terlihat kelelahan, sakit kepala, demam, atau kesulitan menelan, karena kondisi ini bisa menjadi beberapa gejala yang menandakan adanya infeksi cacar monyet, terlebih jika anak memiliki kontak dekat dengan penderita.

Munculnya lesi di dekat atau di mata anak juga bisa menjadi salah satu gejala lainnya saat seorang anak terpapar cacar monyet, karena kebiasaan anak yang senang menyentuh area muka tanpa menyadari telah menyentuh benda-benda yang terinfeksi cacar monyet.

Pencegahan cacar monyet pada anak

Beberapa langkah pencegahan dapat dilakukan untuk menurunkan risiko penularan cacar monyet pada anak.

Akan tetapi pernyataan jelas dari Ketua umum IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) menyebutkan lagi-lagi pencegahan paling utama adalah penerapan PHBS yang baik, sehingga orangtua wajib mengajarkan kebiasaan ini pada anak.

"Di tengah segala sesuatu, penyakit menular yang kita belum jelas (mulai dari) vaksinnya, kita sudah masuk apa belum (kasus cacar monyet di Indonesia), oleh karena itu kita ajarkan betul-betul bagaimana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini, tidak ada cara lain sebetulnya," kata Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) menjelaskan langkah pencegahan cacar monyet pada anak.

Terkait pemberlakuan pembelajaran tatap muka di sekolah, lebih lanjut Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan,"Adapun terkait PTM, ini tentu mengikuti ketentuan yang berlaku, kalau aturan-aturan SK Menteri diikuti, mudah-mudahan PTM aman, kita (orangtua) jangan panik berlebihan, biarkan anak-anak bisa keluar rumah, bisa bersosialisasi, namun protokol kesehatan tetap dilakukan."

Baca Juga: Satgas Cacar Monyet IDI; Indonesia Nol Kasus Cacar Monyet, Tetap Lakukan Pencegahan

 Sedangkan, dalam hal pencegahan cacar monyet pada anak, ketua umum IDAI yakin PHBS adalah langkah tepat untuk menghindari anak dari cacar monyet, tanpa kembali membatasi anak dari aktivitas sosialnya seperti pandemi Covid-19.

"Untuk monkeypox (cacar monyet) ini lebih-lebih karena penularannya tidak semenular covid, karena harus ada kontak yang sangat erat, jadi sebetulnya PHBS itu sudah cukup, asalkan anak kita bisa diajarkan dengan baik oleh orangtuanya dan juga dicontohkan oleh guru-gurunya dan keluarga," lanjut Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K).

Pengetahuan yang baik dari orangtua dan cara yang tepat dalam mengajarkan anak menerapkan PHBS, cara mencuci tangan, menggunakan masker, dan menghindari kerumunan adalah salah satu cara efektif pencegahan cacar monyet pada anak, sehingga orangtua tidak lagi perlu terlalu panik dan tetap waspada agar imunitas anak tidak turun.

Memastikan lingkungan yang aman untuk anak juga menjadi cara terbaik anak dapat terhindar dari penyebaran cacar monyet.

Terkait penggunaan vaksin cacar monyet, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), ketua umum IDAI menyebutkan bahwa vaksin dari cacar monyet belum ada yang spesifik, sehingga pencegahan dari segi lainnya adalah langkah yang harus benar-benar diterapkan dalam kasus cacar monyet.

Pengobatan cacar monyet untuk anak

Pada dasarnya, cacar monyet memiliki sifat sembuh dengan sendirinya dan tidak terlalu berbahaya dalam penyebarannya seperti Covid-19, asalkan tidak memiliki riwayat kontak dekat dengan penderita cacar monyet apalagi bersentuhan.

Beberapa hal yang penting dan khusus untuk dilakukan dalam proses pengobatan cacar monyet pada anak adalah memantau secara ketat agar lesi kulit tetap tertutup dan mencegah anak untuk menggaruk lesi, serta menghindari sentuhan pada mata, sehingga dapat menghindari terjadi auto-inokulasi dan penyakit yang lebih parah.

Namun dalam beberapa kasus tertentu cacar monyet pada anak perlu mendapat pengobatan khusus jika terjadi komplikasi, memiliki riwayat penyakit berat, dan anak di bawah usia delapan tahun.(*)

Baca Juga: Supaya Tidak Salah Kaprah dan Termakan Hoax Prihal Cacar monyet