Find Us On Social Media :

Penelitian di RS Jerman; Pasien Covid-19 Sembuh Antibodinya Hilang dalam Waktu 2-3 Bulan, Meniran Jadi Solusi

Pasien Covid-19 sembuh jangan gegabah, wajib tingkatakn imunitas tubuh secapatnya.

GridHEALTH.id - Antibodi sangat dibutuhkan oleh setiap manusia.

Karenanya setiap manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga imunitasnya tetap optimal setiap hari.

Tapi ada yang membuat para ahli dan peneliti terkejut dengan hasil penelitian di Jeran yang dilakukan di rumah sakit.

Bagaimana tidak, seharusnya orang yang sudah terinfeksi penyakit, virus, setelah sembuh tubuhnya akan mengembangkan antibodi terhadap penyakit tersebut.

Sebab sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi, yang mampu mengenali virusnya jika menyerang untuk kedua kali. Antibodi juga tahu cara memeranginya.

Tapi ini sebaliknya, melansir p2ptm.kemkes.go.id (22/07/2020), perlindungan kekebalan tubuhnya terhadap infeksi virus corona turun bahkan hilang setelah dua atau tiga bulan pasca sembuh dari infeksi Covid-19.

Imunitas menurun

Penelitian terbaru yang dilakukan di rumah sakit Schwabing di München Jerman, menunjukkan adanya penyimpangan dari hal lazim itu.

Clemens Wendtner, dokter kepala di rumah sakit itu, melakukan rangkaian pengujian kekebalan pasien Covid-19, yang dirawat akhir Januari 2020 dan dinyatakan sembuh.

Baca Juga: Pria Pengguna Vape Dua Kali Lebih Berisiko Alami Disfungsi Ereksi, Studi

Hasil tes menunjukkan turunnya jumlah antibodi pada tubuh mereka secara signifikan.

Wendtner mengatakan bahwa "antibodi yang menghentikan serangan virus, menghilang hanya dalam waktu dua sampai tiga bulan pada empat dari 9 pasien yang dimonitor."Hasil pemantauan tersebut juga serupa dengan investigasi yang sudah dilakukan di Cina.

Riset di Cina juga menunjukkan, antibodi virus SARS-CoV-2 pada bekas pasien Covid-19 tidak ada lagi dalam darah mereka.

Dalam kondisi seperti ini, pasien bisa kembali terinfeksi virus corona karena tidak lagi memiliki perlindungan.Penelitian lanjutan dengan skala lebih besar masih perlu dilakukan untuk menegaskan anomali ini.

Yang juga menarik dari riset ilmuwan di Cina yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature Medicine, adalah perbedaan efektivitas imunitas pada pasien Covid-19 yang sembuh.

Disebutkan dalam hasil riset itu, pasien yang tidak menunjukkan gejala sakit, mengembangkan kekebalan tubuh yang lebih lemah, dibanding pasien dengan gejala berat.Riset di Cina memfokuskan diri pada 37 pasien tanpa gejala dan 37 pasien Covid-19 dengan gejala lebih berat.

Baca Juga: Healthy Move, Melakukan Tricep Kickback dengan Benar Agar Lengan Kuat dan Kencang

Penulis laporan menyebutkan, pada kedua kelompok lebih 90% menunjukkan adanya penurunan jumlah antibodi penetral virus corona.

Namun pada kelompok pasien asimptomatik, menurunnya jumlah antibodi berlangsung lebih cepat dibanding pasien dengan gejala sakit.Penelitian lebih lanjut dengan ekstraksi antibodi 175 bekas pasien dalam jaringan sel di laboratorium yang disebut tes “in vitro“, menunjukkan hampir semua pasien punya proteksi sel dari serangan virus corona. Namun belum diketahui, apakah efektivitas antibodinya sama, jika berada dalam tubuh atau “in vivo“.Sebagai perbandingan, antibodi virus corona jenis lainnya, bertahan hingga minimal satu tahun dalam tubuh. Misalnya virus SARS yang mewabah 2003 di Asia Tenggara, atau virus MERS yang mewabah 2012 di kawasan Timur Tengah.

Meningkatkan Imunitas

Karenanya pasien Covid-19, setelah sembuh sangat perlu meningkatakan imunitas mereka dengan cepat dan maksimal.

Bagaimana cara meningkatkan sistem imun?

Ada banyak cara, tapi yang utama, minum cukup, makan cukup dengan gizi seimbang setiap hari, istirahat cukup, hindari stres, terakhir jangan stres dan dapatkan vaksin Covid-19 lengkap.

Sistem imun dapat ditingkatkan atau ditekan, salah satunya dengan pemberian imunomodulator.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Autoimun Langka Vaskulitis, Penyebab Asthon Kutcher Lumpuh

Imunomodulator adalah senyawa yang mampu berinteraksi dengan sistem imun sehingga dapat menaikkan (imunostimulator) atau menekan (imunosupresan) respon imun.

Pengaruh senyawa tertentu untuk menaikkan maupun menekan respon imun dapat tergantung pada, antara lain dosis atau waktu pemberian.

Pada keadaan dengan risiko tinggi terjadinya infeksi seperti pandemic Covid-19 ini, diperlukan imunostimulan untuk meningkatkan kemampuan tubuh menangkal infeksi virus.

Bisa juga dengan senyawa-senyawa herbal, seperti dilansir dari farmasi.ugm.ac.id, yaitu mengonsusmi ramuan meniran.

Meniran (Phyllantus niruri) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan sudah lama dimanfaatkan dalam pongobatan tradisional di Indonesia (Jamu), maupun di negara lain, seperti India (Ayurveda).

Secara empiris, meniran digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk membantu pengobatan penyakit hati (hepatoprotektor), sedangkan di Malaysia digunakan untuk pengobatan diare, penyakit ginjal, dan batuk.

anaman ini banyak tumbuh liar di kebun, pekarangan, ladang, dan hutan, umumnya ditempat yang relatif lembab.

Kandungan kimia meniran adalah korilagin, geraniin, asam galat, filantin, hipofilantin, asam elagat, filtetralin, niranthin, katekin, kuersetin, astragalin, dan asam sebulagat.

Adapun kandungan senyawa utamanya adalah filantin. Di Indonesia, ada beberapa produk yang menggunakan meniran sebagai bahan baku obat tradisional dengan klaim imunostimulan.

Baca Juga: Menteri Pertanian Umumkan Harga Mi Instan Bakal Naik 3 Kali Lipat, Berita Baik Bagi yang Ingin Sehat, Yuk Bikin Sendiri Mi Beras Bebas Pengawet

Beberapa penelitian menunjukkan efek imunostimulan dari meniran baik spesifik maupun non spesifik.

Selain meningkatkan respon imun humoral dan seluler, ekstrak dan senyawa filantin dalam meniran mampu menghambat migrasi leukosit yang penting untuk meredakan proses inflamasi.

Efikasi meniran sebagai imunostimulan juga sudah dibuktikan pada uji klinis dalam konteks penyakit hepatitis B kronis, TBC paru-paru, vaginitis, dan juga pada cacar air.

Senyawa utama dalam meniran (Filantin dan hipofilantin) mampu menurunkan ekspresi beberapa sitokin pro-inflamasi, seperti IL-6, IL-1β, dan IL-4, serta faktor transkripsi inflamasi seperti TNF-α.

Hal ini menunjang pengembangan meniran sebagai agen imunostimulan sekaligus antiinflamasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen adjuvant dalam terapi Covid-19.

Selain aktivitas immunostimulan dan antiinflamasi, Meniran juga memiliki aktivitas antivirus pada virus hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), HIV, dan virus Herpes simplex (HSV).

Namun efikasi dan mekanisme terkait efek immunostimulan dari meniran masih memerlukan penelitian lebih lanjut, terutama pada level klinik dalam konteks Covid-19.(*)

Baca Juga: Flash Warning di Film Pengabdi Setan 2 Communion, Berguna Bagi Pengidap Epilepsi?