Find Us On Social Media :

Kasus Campak Melonjak, 80 Anak di Zimbabwe Meninggal Usai Terpapar

Ribuan anak di Zimbabwe suspek campak dan belum divaksin.

“Masyarakat diingatkan tentang risiko terjadinya kondisi yang parah atau meninggal akibat komplikasi campak sangat tinggi di antara anak-anak di bawah 15 tahun, yang tidak divaksinasi,” kata Chimedza, dikutip dari NewsDay, Senin (15/8/2022).

Orangtua dan wali dari anak-anak yang berada di wilayah terdampak, diminta untuk membawa buah hati mereka mendapatkan vaksinasi demi menghindari kondisi yang serius akibat campak.

Sampel darah dan cairan tubuh dari para pasien suspek telah diambil, lalu dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.

Penyakit Campak

Selama pertengahan 2022, kasus campak di selruuh menurut UNICEF sudah mengalami peningkatan sebanyak 79 persen dibandingkan tahun lalu.

Ini merupakan kondisi yang mengkhawatirkan, mengingat virus penyebab campak sangat menular. Penyakit ini mengakibatkan ruam pada sekujur tubuh.

Anak yang terkena campak biasanya akan mengalami gejala seperti terserang flu, yakni batuk berdahak, pilek, demam tinggi, dan mata merah.

Dilansir dari Kids Health, biasanya akan muncul bintik-bintik merah atau disebut dengan kolpik di bagian dalam mulut anak sebelum ruam dimulai.

Ruam biasanya akan muncul 3-5 hari setelah gejala pertama terlihat, tapi terkadang juga dibarengi dengan demam mencapai 40 derajat Celsius.

Imunisasi anak dengan vaksin campak (MR) adalah cara terbaik untuk melindungi buah hati dari penyakit ini.

Vaksinasi diberikan saat anak berusia 18 bulan. Vaksin campak yang diberikan di atas 1 tahun, dapat dilakukan imunisasi kombinasi yakni vaksin MMR (measles, mumps, rubella).(*)

Baca Juga: Gegara Pandemi 80 Juta Anak Berisiko Terkena Difteri, Campak dan Polio, Ini Pesan iDAI