Find Us On Social Media :

Kasus Campak Melonjak, 80 Anak di Zimbabwe Meninggal Usai Terpapar

Ribuan anak di Zimbabwe suspek campak dan belum divaksin.

GridHEALTH.id – Sebanyak 80 anak kehilangan nyamanya akibat wabah campak yang terjadi di Zimbabwe, di benua Afrika.

Menteri Kesehatan Zimbabwe mengatakan bahwa lonjakan pasien campak telah terjadi sejak April lalu dan persentase fatalitasnya mencapai 6,9%.

Sekertaris Menteri Jasper Chimedza mengatakan pada Kamis (11/08/2022), terdapat 1.036 suspek kasus campak dan 125 telah dikonfirmasi semenjak mewabah.

Anak-anak yang terkena campak, paling banyak dilaporkan beraal dari Manicaland di wilayah Zimbabwe Timur.

“Kementerian Kesehatan dan pengasuhan anak ingin menginformasikan bahwa wabah campak yang sedang berlangsung, pertama kali dilaporkan pada 10 April, telah menyebar secara nasional,” ujarnya dikutip dari VOA, Senin (15/8/2022).

Pemerintah setempat, menduga penyebab mewabahnya penyakit campak yang telah merenggut puluhan nyawa anak-anak, adalah pertemuan dari sebuah komunitas agama.

“Pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang dari berbagai negara provinsi di negara itu dengan status vaksinasi yang tidak diketahui, menyebabkan penyebaran campak ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak terdampak,” sambungnya.

Manicaland merupakan provinsi kedua dengan jumlah populasi paling banyak, terdapat 356 kasus dan 45 kematian.

Komunitas agama tersebut,  diketahui memang melarang para jemaahnya untuk menerima vaksinasi atau perawatan medis apapun.

Akan tetapi, mereka telah memiliki jutaan jemaah yang terpikat dengan janjinya dapat menyembuhkan penyakit dan membesaskan orang dari kemiskinan.

Jasper Chimedza mengatakan bahwa rata-rata yang terkena penyakit campak anak-anak berusia 6 bulan hingga 15 tahun.

 Baca Juga: 3 Penyakit Ini Ditakutkan Jadi KLB Kembali di Indoensia, BIAN Cara Cegahnya

“Masyarakat diingatkan tentang risiko terjadinya kondisi yang parah atau meninggal akibat komplikasi campak sangat tinggi di antara anak-anak di bawah 15 tahun, yang tidak divaksinasi,” kata Chimedza, dikutip dari NewsDay, Senin (15/8/2022).

Orangtua dan wali dari anak-anak yang berada di wilayah terdampak, diminta untuk membawa buah hati mereka mendapatkan vaksinasi demi menghindari kondisi yang serius akibat campak.

Sampel darah dan cairan tubuh dari para pasien suspek telah diambil, lalu dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.

Penyakit Campak

Selama pertengahan 2022, kasus campak di selruuh menurut UNICEF sudah mengalami peningkatan sebanyak 79 persen dibandingkan tahun lalu.

Ini merupakan kondisi yang mengkhawatirkan, mengingat virus penyebab campak sangat menular. Penyakit ini mengakibatkan ruam pada sekujur tubuh.

Anak yang terkena campak biasanya akan mengalami gejala seperti terserang flu, yakni batuk berdahak, pilek, demam tinggi, dan mata merah.

Dilansir dari Kids Health, biasanya akan muncul bintik-bintik merah atau disebut dengan kolpik di bagian dalam mulut anak sebelum ruam dimulai.

Ruam biasanya akan muncul 3-5 hari setelah gejala pertama terlihat, tapi terkadang juga dibarengi dengan demam mencapai 40 derajat Celsius.

Imunisasi anak dengan vaksin campak (MR) adalah cara terbaik untuk melindungi buah hati dari penyakit ini.

Vaksinasi diberikan saat anak berusia 18 bulan. Vaksin campak yang diberikan di atas 1 tahun, dapat dilakukan imunisasi kombinasi yakni vaksin MMR (measles, mumps, rubella).(*)

Baca Juga: Gegara Pandemi 80 Juta Anak Berisiko Terkena Difteri, Campak dan Polio, Ini Pesan iDAI