GridHEALTH.id – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berencana melakukan pelabelan BPA pada kemasan plastik, khususnya yang terbuat dari polikarbonat.
BPA atau bisfenol A, merupakan salah satu senyawa kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat.
Belakangan, wacana pelabelan BPA di kemasan plastik terutama pada produk air dalam kemasan (AMDK) semakin gencar dikampanyekan.
BPOM merasa hal ini perlu dilakukan untuk membuat masyarakat lebih aware dengan kandungan BPA pada kemasan plastik, yang disebut dapat membahayakan kesehatan.
Tapi yang menjadi pertanyaan, bahaya BPA apakah hanya pada kemasan air minum, atau pada kemasan bahan pangan dari plastik juga? Juga seberapa banyak BPA yang bisa membahayakan konsumen, sehingga masalah pelebelan BPA ini harus menjadi urgent?
Fakta Ilmiah BPA
Prihal BPA, dosen Teknik Kimia Universitas Muslim Makassar, Dr. Setyawati Yani, mengatakan penggunaan bisfenol A dalam pembuatan kemasan plastik mempunyai manfaat yang besar.
Senyawa BPA membuat plastik transparan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari ringan, tapi kuat dan juga mempunyai struktur yang bagus.
Dikutip dari factsaboutbpa.org, karena kekuatannya banyak produsen makanan dan minuman yang memilih menggunakan plastik dari BPA.
Penting diketahui, jenis plastik ini juga dapat bertahan meskipun melalui proses sanitasi apapun, dan aman digunakan selama bertahun-tahun.
Di sini bisa dilihat jika hal tersebut baik dan menyehatlan lingkungan. Karena bisa mengurangi sampaj plastik.
Memang, seperti dipaparkan Setyawati, plastik kemasan yang mengandung senyawa BPA memiliki kelemahan.
“Sebenarnya kalau secara durability (plastik ber-BPA) bagus, cuma ada kelemahan dari BPA itu. Jadi plastik atau kemasan yang ada BPA-nya itu, akan rusak pada suhu yang cukup tinggi,” kata Setyawati kepada GridHEALTH.id, Sabtu (270/8/2022).
Baca Juga: Tak Hanya di Plastik, Senyawa BPA Juga Ada di Kemasan Berbahan Ini
Lebih lanjut, ia juga menjelasakan ada kemungkinan larutnya senyawa kimia tersebut, terutama pada produk yang mengandung air.
Senyawa BPA yang larut dalam air berbentuk molekul atau ukurannya terbilang sangat kecil.
“Ada yang dikenal dengana keterlarutan dalam air. Jadi, ketika bahan yang mengandung BPA itu tercelup air, berkontak dengan makanan kita, lalu makanan kita agak berair,” kata Setyawati.
“Itu, akan ada sebagian dari BPA yang sebenarnya bahan padat, tapi ada sebagian yang melarut, molekul-molekulnya sangat kecil, larut di dalam air,” sambungnya.
Potensi Membahayakan Kesehatan Kecil
Yang menjadi pertanyaan, seberapa besar persentase kelarutan BPA di kemasan plastik ke dalam produk pangan?
Dijelaskan, berdasarkan teori, yang ada senyawa BPA yang mungkin larut ke dalam air berkisar 0,3 ptm atau 0,3 gram per liter.
“Tiga bagian dari satu juta bagian. Jadi, sebenarnya kecil sekali ya,” ujarnya.
FDA Amerika Serikat juga menyebutkan, bahwa kemungkinan berpindahnya senyawa BPA dari kemasan plastik polikarbonat ke air atau produk pangan lain, hanya sedikit.
Mereka menyebutkan, seseorang bahkan butuh menelan 1.300 pon makanan atau minuman yang dibungkus dengan wadah polikarbonat setiap hari untuk mencapai tingkat asupan aman yang sudah ditetapkan.
Jadi seseorang tidak akan terdampak oleh BPA dalam satu kali konsumsi makanan atau minuman yang dikemas dalam plastik polikarbonat.(*)
Baca Juga: Inilah Risiko Botol Plastik PET atau Sekali Pakai Bagi Kesehatan