Find Us On Social Media :

Kasus Pubertas Dini Meningkat Selama Pandemi Covid-19, Apa Dampaknya Bagi Anak?

Kebiasaan yang dilakukan selama pandemi Covid-19 jadi penyebab pubertas dini.

GridHEALTH.idPandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun ke belakang, dikaitkan dengan meningkatnya angka kejadian pubertas dini pada beberapa anak perempuan.

Pada pandemi sebelumnya, para ilmuwan dari University of Bonn, Jerman melaporkan sebelumnya pada 2015 hingga 2019 angka kasus pubertas dini setiap tahunnya kurang dari 10.

Namun, European Society for Paediatric Endocrinology mencatat pada 2020 saat Covid-19 melanda, terjadi lonjakkan di mana 23 orang anak perempuan mengalami pubertas dini.

Kondisi tersebut tidak hanya dipelajari oleh ilmuwan dari Jerman saja. Para peneliti dari Turki dan Itali pun, juga melaporkan hal yang sama.

“Sebelumnya, saya (mengobati) satu atau dua pasien sebulan karena pubertas dini sebelum waktunya, tetapi selama periode ini (tahap awal pandemi sebelum penelitian diterbitkan), saya harus merawat dua atau tiga pasien seminggu,” kata Sezer Acar dokter sekaligus peneliti di Turki, dilansir dari NewScientist, Sabtu (17/9/2022).

Selain peningkatan jumlah anak perempuan yang mengalami pubertas dini, usia onset juga terlihat mengalami penurunan.

Dalam penelitian di Jerman, usia pubertas terjadi rata-rata 6,8 tahun, dibandingkan dengan 7,6 di antara mereka yang didiagnosis selama pandemi Covid-19. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian, bukan sebuah kebetulan.

“Kami tahu stres dapat menyebabkan pubertas dini, jadi itu pasti yang teratas dalam daftar apa yang terjadi,” kata Karen Klein dari Rady’s Children’s Hospital dan University of California, San Diego.

“Hal lain yang segera mulai dipikirkan orang adalah, yah, semua orang di rumah tidak berolahraga sebanyak (sebelum pandemi Covid-19) dan mungkin itu penambah berat badan, karena kita tahu kenaikan berat badan yang cepat dapat menyebabkan pubertas dini,” sambungnya.

Akan tetapi, dalam penelitian yang dilakukannya, beberapa anak perempuan yang mengalami pubertas dini tidak terjadi kenaikan berat badan berlebih.

Kebiasaan selama pandemi Covid-19 picu pubertas dini

Baca Juga: Pubertas Sebelum Waktunya, Ini Tanda-tanda Anak Menunjukkan Pubertas Dini

Anehnya, bukan kenaikan berat badan yang dikaitkan dengan pubertas dini. Melainkan meningkatnya penggunaan gadget dan perubahan waktu tidur yang terjadi selama pandemi Covid-19 lah yang diduga jadi pemicunya.

Meski tidak dipelajari dalam semua penelitian, tapi berdasarkan studi lanjutan yang dilakukan di Italia, anak perempuan yang didiagnosis pubertas dini selama lockdown Covid-19, mengalami gangguan tidur dan mempunyai waktu tidur lebih lambat.

Muncul sejumlah pertanyaan, apakah infeksi Covid-19 sendiri bisa menjadi penyebab utama dari pubertas dini, karena beberapa anak perempuan yang mengalaminya pernah terpapar.

Namun, Paul Kaplowitz dari Children’s National Hospital di Washington D.C, mengatakan, “Saya tidak berpikir efek Covid-19 pada anak-anak perempuan yang mengalami pubertas dini.”

“Terutama karena, pada tahap awal pandemi, anak-anak jauh lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi daripada orang dewasa,” sambungnya.

Berbahayakah bila anak mengalami pubertas dini?

Pubertas biasanya terjadi saat anak berusia 12 tahun, tapi beberapa mungkin mengalaminya lebih cepat daripada kondisi rata-rata.

Melansir Standford Children’s Health, pubertas dini membuat anak mengalami perubahan seksual lebih cepat yakni payudara mulai tumbuh, adanya rambut kemaluan, dan perubahan suara.

Umumnya pubertas dini terjadi sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dan anak laki-laki sebelum umur 9 tahun.

Rata-rata anak-anak yang mengalami pubertas dini, mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Tetapi, pertumbuhan mereka juga berhenti sebelum mencapai potensi tinggi genetik penuh mereka.

Pubertas dini selain memengaruhi pertumbuhan anak, juga suasana hatinya yang akan lebih cepat berubah daripada teman-teman seusianya. Seringkali mereka merasa lebih mudah minder dan malu.

Selain itu, pubertas dini juga dikaitkan dengan penyakit serius seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker tertentu, dan masalah mental seperti gangguan kecemasan (anxiety) serta depresi. (*)

Baca Juga: Kenali Tanda-tanda Pubertas Dini Pada Anak, Seperti yang Dialami Putri Melki Bajaj