Ketika datang pertama kali, pasien biasanya akan ditanya-tanya terlebih dahulu keluhan yang dirasakan. Ini dilakukan agar bisa mengetahui penyebabnya dan titik-titik apuntur yang akan ditusukkan jarum.
Karena, meskipun keluhan yang dirasakan pada bagian tubuh tertentu, titik akupuntur yang akan ditusukkan jarum bisa saja berbeda posisi.
“Misal ada orang sakit kepala, terus lakukan akupuntur. Itu bukan kepalanya yang ditusuk. Bisa kakinya, karena sakit kepala bisa dari liver terus pengaruh ke atas (kepala), maka yang ditusuk titik liver yang paling banyak di kaki,” jelasnya.
Penggunaan jarum dalam pengobatan akupuntur, mungkin membuat beberapa orang takut untuk melakukannya.
Akan tetapi tak perlu khawatir, dokter Aryaprana menjelaskan kalau jarum akupuntur yang digunakan, berbeda dengan yang sering dipakai untuk menjahit atau bahkan menyuntik.
Jarum akupuntur dibuat secara khusus, sehingga mempunyai ukuran yang lebih kecil, tipis, dan lentur sehingga tidak mudah bengkok maupun patah.
Ia juga menjelaskan, efek samping yang timbul dari pengobatan akupuntur sangat jarang terjadi. Pada beberapa kondisi, mungkin muncul efek samping yang ringan dan sementara seperti sedikit nyeri serta bengkak.
“Biasanya itu kalau kita tusuk dekat dengan pembuluh darha, kena pembuluh darahnya sedikit. Nanti bisa mungkin memar dan bengkak sedikit. Diurut-urut, 2-3 hari memarnya hilang,” pungkasnya.
Oleh karena itu, dokter Aryprana mengingatkan agar pengobatan akupuntur dilakukan oleh orang yang memang sudah profesional di bidang ini.
Karena dalam penerapannya, perlu dilakukan secara hati-hati dan tidak sembarangan menusukkan jarum ke tubuh. (*)
Baca Juga: 7 Teknik Akupuntur TCM untuk Mengobati Hepatitis B Tanpa Obat Kimia