GridHEALTH.id - Berhasil sembuh dari kanker ovarium, inilah perjuangan Feby Febiola sampai harus jalani kemoterapi berkali-kali.
Rambut Feby Febiola kini nyaris botak, bahkan artis cantik 44 tahun tersebut mengaku telah menjalani 6 kali kemoterapi.
"Jadi ceritanya aku harus melewati 6x session chemotherapy, udah mulai rontok rontok, sekalian aja dibondol," tulis Feby Febiola di akun Instagram pribadinya, Senin (20/7/2020).
Kendati tampak tegar mengahdapi penyakit yang menggorogoti tubuhnya hingga menyebabkan rambutnya rontok.
Feby Febiola mengaku awalnya ia merasakan sesuatu yang aneh di perut dan memilih untuk denial (mengelak) hal tersebut.
"Jadi memang gue udah ngerasa kayak setahunan itu I don't feel good ya. Kayak ada something (sesuatu) di perut, ya."
"Iya, cuma gua biasalah, lagi denial dan terus nggak mau cek," ujar Feby Febiola dikutip dari YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, Sabtu (18/6/2022).
Saat mengetahui dirinya divonis penyakit tersebut, Feby Febiola merasa takut lantaran pikiran tentang operasi sudah terlintas di kepalanya.
"Setelah gue dikasih tahu pertama kali 'Hah masak' kaget, takut dengan apa yang gue hadapi. Apalagi operasi segala macem."
"Tapi biasannya setelah proses takut ada proses menerima, habis menerima ya udah pasrah," ungkapnya.
Baca Juga: Wanita dengan 5 Kondisi Ini Rentan Idap Kanker Ovarium, Perlu Waspada
Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang muncul di jaringan ovarium atau indung telur.
Kanker ini merupakan jenis kanker terbanyak ketiga yang diderita wanita di Indonesia.
Kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal lebih mudah untuk diatasi daripada kanker ovarium yang baru terdeteksi pada stadium lanjut.
Kanker ovarium yang cepat dideteksi dan ditangani dapat meningkatkan peluang penderita untuk bertahan hidup.
Penanganan kanker ovarium tergantung pada stadium kanker, kondisi pasien, dan apakah pasien tetap ingin memiliki keturunan.
Salah satunya dengan menjalani kemoterapi seperti yang dilakukan oleh Feby Febiola.
Prosedur kemoterapi
Melansir dari emc.id, kemoterapi adalah prosedur untuk mengobati penyakit kanker dengan cara memberantas sel-sel kanker dalam tubuh penderita menggunakan obat-obatan.
Obat tersebut bekerja dengan cara membunuh, mencegah penyebaran, atau menghentikan pertumbuhan sel kanker.
Efek samping kemoterapi bervariasi dari ringan sampai berat, tergantung dari dosis dan regimen kemoterapi.
Mual dan muntah merupakan efek samping yangmenakutkan bagi penderita dan keluarga.
Baca Juga: Perut Kembung, Gejala Kanker Ovarium yang Seringkali Terabaikan
Lamanya pengobatan kemoterapi tergantung pada jenis kemoterapi yang diterima.
Ini bisa memakan waktu mulai dari beberapa menit hingga beberapa jam.
Beberapa orang membutuhkan infus terus menerus, yang bisa bertahan beberapa hari.
Infus terus menerus mungkin dimulai di rumah sakit atau pusat infus dan dilanjutkan di rumah.
Pemberian obat-obatan kemoterapi terbagi menjadi berbagai cara.
1. Infus
Obat kemo berbentuk cairan paling sering diberikan sebagai infus yang dialirkan ke pembuluh darah vena.
Obat dalam infus akan ditusukan ke lengan atau dada pengidap.
2. Injeksi
Selain dalam bentuk infus, obat kemo cair dapat disuntikkan ke tubuh dengan jarum suntik.
3. Oral
Baca Juga: Febby Febiola Jujur Jika Dirinya Pendendam, Sebabkan Kanker Ovarium?
Obat kemo yang berbentuk pil atau kapsul bisa langsung diminum dan dilakukan di rumah.
Namun, ketersediaan obat masih terbatas dan pastikan dosis serta aturan penggunaan obat sesuai dengan arahan dokter.
4. Topikal
Obat kemo juga tersedia dalam bentuk topikal yang dioleskan langsung ke kulit untuk menyembuhkan kanker kulit.
5. Langsung ke satu area tubuh
Beberapa obat bisa diberikan ke area tubuh, contoh di perut (intraperitoneal), rongga dada (intrapleural), sistem saraf pusat (intratekal), atau melalui uretra ke dalam kandung kemih (intravesikal).
6. Langsung ke sel kanker
Pemberian obat kemoterapi ini dilakukan setelah operasi.
Contohnya, sebuah alat berbentuk wafer yang berisi obat diletakkan di dekat tumor setelah operasi.
Seiring waktu, alat tersebut akan rusak dan melepaskan obat yang ada di dalamnya.
Setelah perawatan berakhir, tim perawatan sering meminta kunjungan lanjutan untuk memeriksa penyakit.(*)
Baca Juga: 5 Mitos Tentang Kanker Ovarium yang Perlu Diketahui Setiap Wanita