GridHEALTH.id - Pembicaraan tentang etlien glikol dan dietilen glikol selama sepekan terakhir belum juga reda.
Pasalnya, kedua zat tersebut dikaitkan dengan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal yang banyak dialami oleh anak balita.
Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, tapi sejak melonjaknya kasus gangguan ginjal tersebut pada anak-anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melarang pemberian obat sirup.
Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi, mengingat kasus serupa yang terjadi di Gambia, Afrika Barat, disebabkan oleh kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirup.
Terlebih, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa dalam tubuh sejumlah anak yang mengalami penyakit ini, ditemukan kedua zat tersebut.
Temuan tersebut dilakukan melalui tes toksikologi yang dilakukan kepada anak-anak yang didiagnosis mengalami gangguan ginjal akut progesif atipikal.
"Yang kita tes nggak semuanya, tapi ada di RSCM. Dari 11, 7 anak positif memiliki sneyawa berbahaya tadi (etilen glikol dan dietilen glikol)," ujar Budi Gunadi, dalam konfrensi pers, Jumat (21/10/2022).
Ternyata ada di plastik PET
Etilen glikol nyatanya terdapat dalam salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan plastik berbahan Polietilen Tereftalat atau yang dikenal dengan PET.
Jenis plastik salah satunya dijadikan sebagai botol plastik air minum dalam kemasan (AMDK) yang sudah sering dikonsumsi masyarakat luas.
Ini disampaikan oleh Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D., selaku ahli polimer serta Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB.
"Bahan baku PET ada dua, yang utamanya, yaitu asam adifat dan etilen glikol," kata Akhmad kepada GridHEALTH.id, Kamis (20/10/2022).
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa etilen glikol merupakan senyawa kimia yang bisa digunakan sebagai pelarut ataupun bahan awal sebuah polimer.
Lantas, berbahayakan etilen glikol di plastik PET?
Menurutnya, senyawa tersebut tidak berbahaya apabila digunakan sebagaimana mestinya.
Misalnya dengan dijadikan sebagai plastik PET, maka etilen glikol tidak menimbulkan efek yang berbahaya.
Etilen glikol yang terdapat pada plastik botol minum sekali pakai atau PET kemungkinan untuk larut ke dalam air sangat kecil.
Akhmad Zainal juga menerangkan, kemungkinan senyawa tersebut larut dalam air apabila sudah menjadi plastik kecil, telah dibahas dalam sebuah riset.
"Kalau dari data eksperimen yang sudah saya baca, dalam (pengamatan) 50 hari itu tidak lebih dari 0,03 mikrogram larut dalam air," ujarnya.
Ini karena senyawa kimia etilen glikol yang digunakan sudah sepenuhnya bereaksi dan membentuk plastik.
"Ini kan sudah jadi plastik, yang tersisa (senyawa kimianya) sudah sedikit. Yang lain jadi palstik, sudah jadi poliester. Yang belum bereaksi itu sedikit," pungkasnya.
Etilen glikol memang merupakan senyawa kimia yang menjadi bahan baku pembuatan botol sekali pakai atau PET, tak terkecuali galon. (*)