Find Us On Social Media :

Cakupan Imunisasi Rendah Pemicu Polio di Aceh, Pakar Ungkap Alasannya

Khawatir dengan KIPI merupakan alasan mengapa orangtua di Aceh tidak memberikan anaknya imunisasi polio.

GridHEALTH.id - Terdeteksinya kasus polio di Aceh menjadi sorotan dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga langsung menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB).

Anak berusia 7 tahun yang berasal dari Desa Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, mengalami lumpuh layu di kaki kirinya.

Awalnya, anak tersebut merasakan demam yang berlangsung selama 3 hari, nyeri pada pinggul sebelah kiri hingga ke betis.

Kemudian, ia juga mengeluhkan tidak bisa berjalan, meskipun tidak ada riwayat trauma apapun sebelumnya.

Setelah melalui pemeriksaan, anak laki-laki tersebut dinyatakan positif Polio dan diketahui belum pernah melakukan imunisasi.

Selain itu, kasus polio di Aceh ini juga dipengaruhi oleh sanitasi di lingkungan rumah yang buruk. Di rumah anak tersebut tidak ada toilet untuk buang air besar.

Di lingkungan sekitar memang terdapat toilet umum, hanya saja BAB lebih sering dilakukan secara langsung di sungai.

Cakupan imunisasi polio di Pidie rendah

Polio merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh virus dan menyerang sistem saraf tepi, yang berawal dari sumsum tulang belakang hingga otot.

Hal tersebut mengakibatkan otot mengecil dan terjadi gejala khas lumpuh layu yang bersifat permanen.

Anggota UKK Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Raihan, SpA(K), mengatakan bahwa imunisasi adalah satu-satunya cara yang efektif mencegah penyakit Polio.

Baca Juga: Belajar Dari Kasus KLB Polio di Pidie, Tidak Boleh Ada Lagi Anak Indonesia yang Tidak Diimunisasi Polio, Jangan Takut KIPI!

Dibutuhkan cakupan imunisasi lebih dari 95% untuk bisa benar-benar mencegah penyakit ini.

"Jadi kalau di dalam catatan, kalau cakupannya kurang dari 60% merah, kalau sampai 95% kuning. Kuning dan merah risiko terjadi kasus polio," kata dokter Raihan dalam webinar IDAI, Jumat (2/12/2022).

Sayangnya, cakupan imunisasi di provinsi Aceh mengalami penurunan dalam empat tahun belakangan.

Ia menerangkan sejak 2017, cakupan imunisasi polio baik oral maupun suntikan di Aceh tidak pernah mencapai 70%. Sedangkan di kabupaten Pidie, jumlahnya tidak mencapai 50%.

"Dari 2011 itu cakupan lumayan tinggi 80-90%, paling rendah adalah 72%. Namun, sejak tahun 2017 dari Aceh sendiri sudah mulai turun, tidak pernah sampai 60%," jelasnya.

"Apalagi kalau kita lihat di Pidie, tahun 2021-2022 atau bahkan mulai dari 2018, cakupannya tidak pernah sampai 30%," sambungnya.

Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dilakukan pada September lalu pun, juga tidak berhasil meningkatkan cakupan imunisasi.

Jumlah cakupan pemberian imunisasi tetes hanya mengalami peningkatan 31,6%. Sedangkan untuk imunisasi suntik, kebanyakan mendapat penolakan.

Imunisasi polio suntik seharusnya dilakukan empat kali pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan. Sedangkan yang disuntik satu kali yang dilakukan bersamaan dengan pemberian imunisasi oral keempat.

Alasan cakupan imunisasi rendah

Tak berhenti di situ, dokter Raihan juga menjabarkan tentang alasan mengapa fenomena ini terjadi.

Baca Juga: Pakar Ingatkan Pentingnya Vaksinasi dan PHBS untuk Mencegah Polio

Ia menyebutkan, setelah ditemukan kasus polio di Aceh, stakeholder seperti Kemenkes, UNICEF, hingga Dinkes melalukan survei.

Dari 26 rumah yang dikunjungi, tercatat ada 33 orang anak berusia 0-59 bulan dan 49 anak di bawah 15 tahun.

"Hanya 8 anak yang mendapatkan tetesan polio, sedangkan untuk IPV (imunisasi polio suntik) satupun tidak ada yang disuntikkan," pungkas dokter Raihan.

Alasan mengapa anak tidak diberikan imunisasi yang lengkap di antaranya:

1. Takut efek samping alias KIPI

2. Terkait dengan adat istiadat, di mana ada tradisi bernama turun tanah sehingga anak belum diizinkan

3. Pengasuh atau orangtua tidak paham dengan imunisasi polio

4. Anak takut disuntik

5. Mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan saat imunisasi

6. Berhubungan dengan agama atau kepercayaan

7. Merasa tidak memerlukan imunisasi

8. Mendengar berita bohong tentang imunisasi

9. Ketidaktahuan lokasi imunisasi (*)

Baca Juga: Alasan 1 Kasus Polio di Aceh Membuat Indonesia Kembali Masuk Kategori KLB