Find Us On Social Media :

Sharing Ibu dengan HIV, Berjuang Buktikan Tak Tulari Suami dan Anak

Kisah nyata penyintas HIV aids yang memutus stigma soal penularan

Kegigihan Murni membuat dirinya melewati masa-masa sulit.

Baca Juga: Kisah Penyintas Keempat di Dunia yang Bisa Sembuh dari HIV AIDS

Selama kehamilan, Murni rutin untuk memeriksakan diri ke puskesmas demi melakukan tes laboratorium vira load dalam darah, anestesis, dan berusaha mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan vitamin.

"Memang berat tantangan saat hamil, karena harus minum obat. Sementara hormon tubuh kadang berubah-ubah dan memicu muntah. Tapi itu (minum obat) harus dilakukan untuk menjaga anak dalam kandungan tetap sehat," kata Murni.

Kemudian saat hendak melahirkan, Murni harus tetap menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dengan rutin minum obat.

Ketika anaknya lahir, langsung diberi makan obat ARV khusus untuk anak, selama 6 minggu setiap 12 jam.

Untuk upaya pencegahan pertama ini, obatnya dalam bentuk bubuk.

Usai usia 6 minggu, anak diberikan antibiotik kotrimoxazol berbentuk sirup selama 6 bulan.

Setelah diberikan obat kesehatan anak terus dijaga dan tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara langsung karena berisiko penularan.

Kini Murni memutuskan terjun menjadi pendamping untuk membantu penyintas lainnya.

Pada 2015, dia menjadi relawan di Yayasan Kanti Sehati.

Kala itu, secara ekonomi cukup berat, karena sudah tidak bekerja. Setelah melewati masa sulit, setahun berselang Murni diangkat menjadi pekerja di Yayasan Kanti Sehati.

Pekerjaan baru ini membuatnya senang karena dapat membantu orang-orang dengan HIV.(*)

Baca Juga: Kisah Penyintas HIV, 21 Tahun Hidup Berdampingan dengan HIV Aids