Find Us On Social Media :

Anak Asuhnya Terinfeksi HIV, Semua Lepas Tangan, Berikut Kisah Miris PSK Wanita dan Pria yang Masih Muda asal Bandung

Inilah kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang merupakan seorang mantan PSK

GridHEALTH.id - Kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang merupakan mantan Pekerja Seks Komersial (PSK) ini miliki pesan mendalam.

Anggapan seorang PSK ini memang sering kali berdampak negatif.

PSK memang menjadi salah satu pekerjaan yang dianggap tabu di masyarakat.

Tak heran, PSK memang sering menerima caci maki dari sejumlah orang.

Tahu kah pekerjaan sebagai PSK mempertaruhkan nyawanya.

Pasalnya, PSK juga sangat dekat dengan risiko terkena HIV/AIDS.

Sama halanya dengan kisah penyintas HIV/AIDS yang merupakan mantan PSK satu ini.

Salah seorang mantan PSK di Bandung yang berinisial AS (33) menceritakan motifnya menjadi Wanita Pekerja Seks (WPS) karena alasan ekonomi.

Selain itu, ia juga mengaku dijerumuskan oleh temannya yang lebih dulu terjun di dunia malam."Awalnya oleng di bidang ekonomi, terus cerita-cerita ke temen dan dijerumuskan temen yang juga kerja di situ."

Baca Juga: Dianggap Orang Pertama Sebagai Penyintas HIV, Profesinya Pramugara

"Cuma saya nggak tahu kerjanya di situ, tahunya cuma nemenin minum aja, nggak sampai kayak gitu," ucap AS saat ditemui di Female Plus belum lama ini.Sementara itu mantan PSK lain, yakni E yang berusia sekitar 20-an menceritakan kisahnya yang berujung menjadi PSK laki-laki seks dengan laki-laki (LSL).

E mengaku salah satu faktor yang membuatnya menjadi PSK adalah kondisi keluarga yang kurang harmonis."Saya dilahirkan di keluarga yang keras, terus merasa nggak punya sosok pria dewasa yang bisa melindungi. Terus karena lingkungan juga jadi kebawa sifat-sifat feminim."

"Waktu SMA ada yang ngajak main dan saya ngerasa nyaman, dibayar juga, akhirnya keterusan," ucap E yang juga ditemui di Female Plus di hari yang sama.

Meskipun menerapkan protokol, AS mengaku masih cukup banyak pelanggannya yang memilih untuk tidak menggunakan alat pengaman.

Terkait hal tersebut, AS menyebutkan bahwa pihak pengelolanya lepas tanggung jawab."Kadang pake pengaman kadang nggak, tergantung tamunya. Pelanggan sih bilangnya beli ya jadi pengen enaknya aja. Kalau cerita (pelanggan tidak pakai pengaman) ke pengelola dibilangnya risiko, jadi kayak lepas tanggung jawab," ucap AS yang menjadi PSK selama empat tahun sejak tahun 2011.

Sama dengan E yang sudah menjadi orang dalam HIV/AIDS (ODHA) sejak 2015 ini mengaku jika, ada pelanggannya yang berkenan menggunakan pengaman dan tidak.

"Selama melakukan pekerjaan itu (PSK LSL) ada yang pake pengaman, ada juga yang nggak," ucap E.

AS jadi salah satu pemilik kisah nyata penyintas HIV/AIDS sejak tahun 2018 silam.

Baca Juga: Kisah Jimmy, Penyandang HIV/AIDS yang Sempat Putus Asa dan Akhirnya Jadi Relawan

Kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang merupakan mantan PSK, AS dan E sama-sama berpesan kepada masyarakat untuk lebih mementingkan keamanan dan kesehatan ketika melakukan hubungan seksual yang berisiko.

Hal tersebut tentu untuk menghindari infeksi virus HIV/AIDS yang salah satu faktornya adalah hubungan seksual berisiko.

Kini E sudah terbuka terhadap statusnya dan masih berjuang untuk terus melakukan pengobatan.

E juga merasa beruntung karena memiliki teman-teman komunitas ODHA yang kerap memberinya dukungan."Saya masih rutin berobat enggak pernah bolong, intinya masih ada orang yang mau nerima seorang ODHA," tutur E.

E juga menyebutkan bahwa kini obat untuk HIV/AIDS selalu tersedia dan terdapat layanan kesehatan yang dapat memudahkan akses obat secara gratis.E juga mengingatkan kepada ODHA di luar sana bahwa mereka tidak sendirian untuk berjuang.

Ia memberikan semangat kepada para ODHA untuk terus berjuang dan bertahan."Untuk teman-teman yang positif, kalian enggak sendirian loh, sekarang udah ada obat yang bisa menekan virus, kita sama-sama bisa sehat dan survive, yang bisa selamatin itu diri kita sendiri dan obat itu," terang E.Selain itu, E juga menyampaikan bahwa mental adalah salah satu faktor penting bagi seorang ODHA.

Salah satu cara untuk memupuk hal tersebut adalah dengan cara bergabung dengan komunitas penyintas ODHA.(*)

Baca Juga: Kisah Para Pejuang Sembuh dari HIV, Berikan Pelajaran dan Perjuangan

 

Salah seorang mantan PSK di Bandung yang berinisial AS (33) menceritakan motifnya menjadi Wanita Pekerja Seks (WPS) karena alasan ekonomi. Selain itu, ia juga mengaku dijerumuskan oleh temannya yang lebih dulu terjun di dunia malam. "Awalnya oleng di bidang ekonomi, terus cerita-cerita ke temen dan dijerumuskan temen yang juga kerja di situ, cuma saya nggak tahu kerjanya di situ, tahunya cuma nemenin minum aja, nggak sampai kayak gitu," ucap AS saat ditemui di Female Plus belum lama ini. Sementara itu mantan PSK lain, yakni E yang berusia sekitar 20-an menceritakan kisahnya yang berujung menjadi PSK laki-laki seks dengan laki-laki (LSL). E mengaku salah satu faktor yang membuatnya menjadi PSK adalah kondisi keluarga yang kurang harmonis. "Saya dilahirkan di keluarga yang keras, terus merasa nggak punya sosok pria dewasa yang bisa melindungi. Terus karena lingkungan juga jadi kebawa sifat-sifat feminim. Waktu SMA ada yang ngajak main dan saya ngerasa nyaman, dibayar juga, akhirnya keterusan," ucap E yang juga ditemui di Female Plus di hari yang sama. Baca artikel detikjabar, "Pesan Mantan PSK Bandung yang Hidup Berdampingan dengan HIV/AIDS" selengkapnya https://www.detik.com/jabar/berita/d-6257804/pesan-mantan-psk-bandung-yang-hidup-berdampingan-dengan-hivaids.Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/