"Saya sebenarnya sudah sangat menerima itu, tapi yang tidak bisa saya terima itu adalah anak saya yang sempat terinfeksi juga."
"Itulah yang benar-benar membuat saya terpuruk. Merasa menjadi gagal," paparnya.
Setelah 18 bulan melakukan kontrol ke dokter, sang anak justru dinyatakan negatif terjangkit HIV.
Hingga akhirnya, Hages kembali menikah dengan seorang pria yang juga bergerak di komunitas HIV Kuldesak.
Sadari sang suami juga pengidap HIV, Hages justru yakin kehidupan berkeluarganya akan sama seperti dengan manusia lainnya.
"Someday kalo kita menikah, nanti walaupun kita sama-sama HIV positif kita bisa menjalankan hidup kita sama seperti orang-orang yang non HIV," ujar Hages.
Ibu empat anak ini juga mengaku sempat trauma untuk bisa kembali memiliki anak.
Namun nyatanya, ia justru kembali dikaruniai anak yang benar-benar tidak terinfeksi HIV seperti Hages dan suami.
Hages mengaku dirinya tak mudah menjalani kehidupan menjadi ibu yang memiliki status sebagai pengidap HIV positif.
"Dengan kita memiliki alasan memilih bertahan hidup dan bangkit dari keterpurukan, kita harus mempunyai keberanian."
"Sebab penjara yang paling kejam adalah ketakutan diri sendiri," tutur Hages.(*)
Baca Juga: Kisah Penyintas HIV, 14 Tahun Hidup Berjuang Melawan Penyakit