GridHealth.id - Operasi ganti kelamin dan segala hal yang harus dipahami sebelum melakukannya.
Beberapa waktu lalu isu soal ganti kelamin sudah merebak dan pasiennya pun bermunculan untuk memberikan pengalaman.
Operasi ganti kelamin sendiri diklaim bisa membantu transeksual untuk menjalani kehidupan sesuai jenis kelamin yang diinginkan.
Sebab ada beberapa orang yang merasa tidak bisa menerima jenis kelamin yang sudah ada pada dirinya sejak lahir.
Atau ada juga orang yang merasa tertekan karena keinginan besar untuk menjadi lawan jenisnya, sehingga perasaan itu bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Baca Juga: Kentut Pertanda Organ Dalam Seseorang Pasca Bius Setelah Operasi Telah Pulih
Operasi ganti kelamin ini terdiri dari terapi hormon dan perubahan organ kelamin.
Terapi hormon sendiri berlangsung cukup lama sampai akhirnya seseorang bisa melakukan operasi ganti kelamin.
Selain itu, operasi ini hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang sehat secara mental untuk menghindari perasaan bingung dengan diri sendiri setelah mengganti alat kelaminnya.
Calon pasien juga akan diminta melakukan pemeriksaan fisik agar riwayat kesehatan bisa diketahui.
Hal ini untuk menghindari berbagai komplikasi yang memungkinkan terjadi setelah operasi.
Perubahan dan efek samping setelah operasi
Seorang ahli bedah, Dr Richie Gupta mengatakan bahwa efek samping operasi ganti kelamin sama seperti operasi lainnya.
Ada risiko pendarahan dan infeksi seperti halnya operasi besar lainnya.
Perubahan yang dirasakan tentu pertama pada bentuk kelamin biologis seseorang, lalu ke kondisi psikologisnya.
"Pemulihan lebih cepat setelah operasi pertama dan kedua karena itu bukan operasi besar.
Rekonstruksi penis adalah operasi besar, sehingga membutuhkan waktu setidaknya satu bulan untuk pemulihan," ucapnya.
Setelah operasi berhasil, pasien bisa berhubungan seksual dengan lawan jenis namun tidak bisa menjadi orangtua biologis.
Sehingga kondisi psikis seperti itu yang harus diterima oleh seseorang yang memutuskan untuk operasi ganti kelamin.
"Kurangnya testis dan ovarium membuat transeksial tidak mampu menjadi orangtua kandung.
Tetapi mereka diberikan bekal untuk menjaga ovum atau sperma mereka sebelum menjalani operasi.
Dengan demikian mereka dapat menjadi orangtua setengah biologis dengan bantuan metode kesuburan seperti bayi tabung dan lainnya," tandas Dr. Richie.
Beliau juga mengatakan bahwa operasi ganti kelamin tidak menimbulkan risiko bagi kehidupan dan ia memastikan ini aman dan tidak membahayakan jiwa.
Persiapan sebelum operasi ganti kelamin
Operasi yang satu ini tidak semerta-merta dilakukan begitu saja oleh para ahli.
Sebelum sampai ke pembedahan, seseorang harus bertemu dengan psikiater yang bisa menilai apakah keinginan ganti kelamin ini hanya gangguan kesehatan mental atau memang keinginan yang sudah sangat dinanti.
Bahkan seorang laki-laki atau wanita yang ingin ganti kelamin juga diminta untuk survei lebih jauh.
Seperti laki-laki yang ingin ganti kelamin biologis jadi wanita diminta setidaknya selama dua tahun lamanya bergabung di lingkungan yang mayoritas wanita untuk meyakinkan dirinya sendiri dan memastikan bahwa mereka bisa menerima diri sendiri setelah operasi dilakukan, begitu juga sebaliknya.
Setelah memenuhi persyaratan tersebut, pasien akan masuk ke terapi hormon.
Pada terapi hormon, seseorang akan mulai mengalami perubahan pada tubuh, ambil contoh seorang wanita yang ingin jadi laki-laki, terapi hormon akan membuat suaranya lebih dalam, pertumbuhan janggut atau kumis, perubahan otot, dan lainnya. Begitu juga sebaliknya.
Setelah proses ini, baru pasien bisa memikirkan kembali sudah puas atau masih ingin melanjutkan ke bedah kelamin biologisnya.