- Tulang sendi terasa ngilu dan nyeri otot
- Bisa disertai diare, pendarahan (bintik-bintik merah, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah)
- Syok: tangan dan kaki dingin dan lembab, lemah, tidur terus.
Faktor Risiko Demam Berdarah, Selain Obesitas
Dokter Piprim selaku ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan dalam temu media IDAI kemarin (26/01/2023), anak obesitas memiliki tingkat fatalitas yang tinggi jika terkena DBD.
Lebih lanjut disampaikan oleh Dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.Sc pada kesempatan yang sama, keterkaitan antara obesitas dan DBD berada pada respons imun yang dimilikinya, di mana anak dengan obesitas saat terkena DBD memiliki respons imun yang baik dan menyebabkan zat-zat radang sebagai mediator inflamasi itu lebih tinggi. Hingga memicu kebocoran pembuluh darah yang lebih besar.
“Ternyata anak-anak obesitas memiliki respons imun yang tinggi, sehingga terjadi reaksi imunologi, menyebabkan reaksi mediator atau misalnya zat-zat radang itu meningkat. Nah itu biasanya memang kebocoran dari pembuluh darah itu lebih hebat, sehingga bisa lebih berat kalau sampai terjadi syok hipovolemik (ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah),” jelas Dr. Karyanti memaparkan.
Selain itu, ternyata Dr. Karyanti menyampaikan ada beberapa faktor risiko demam berdarah lainnya yang juga menjadi pemicu seseorang terkena DBD dan lebih berat, seperti pada bayi, ibu hamil, lansia, orang dewasa yang memiliki komorbiditas (penyakit jantung, kardiovaskular, talasemia, kelainan jantung, kelainan ginjal).
Kapan Harus ke Dokter?
Saat anak mengalami gejala-gejala DBD, maka hal yang perlu dipantau oleh orangtua, yaitu:
1. Seberapa banyak asupan minum anak?
2. Apakah anak menjadi sering buang air kecil setiap 3-4 jam?
3. Apakah anak masih aktif dan bermain?
Baca Juga: Aturan Pakai Fufang Ejiao, Obat Cina Demam Berdarah yang Aman