Find Us On Social Media :

Selain Obesitas, Ini Faktor Risiko yang Meningkatkan Keparahan DBD, Kenali Tanda Kegawatdaruratannya!

Kenali tanda kegawatdaruratan dan faktor risiko DBD, ini yang perlu diketahui.

GridHEALTH.id – Demam berdarah (DBD) masih menjadi salah satu penyakit menular yang bisa menyerang siapa saja dan dapat menjadi wabah jika penyebaran dari nyamuk aedes aegypti, yang menjadi media pembawa virus DBD, tidak ditangani dengan baik oleh masyarakat.

Untuk meningkatkan kewaspadaan, maka diingatkan kembali kepada masyarakat bahwa DBD masih bisa dengan mudah ditemui, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang, khususnya anak. Maka kenali berikut ini faktor risiko demam berdarah, seperti obesitas dan perhatikan tanda kegawatdaruratannya.

Kasus Demam Berdarah di Indonesia

Demam berdarah atau dikenal dengan DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan infeksi akut disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina.

DBD bisa menyerang siapa saja, namun akan membahayakan jika terjadi komplikasi pada anak, sehingga orangtua tidak bisa menyepelekan kasus DBD pada anak.

Data dari Kemenkes RI menyebutkan, rata-rata jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mencapai 90.791 kasus, dengan jumlah kematian mencapai 666 kasus pertahun.

Hasil dari data menunjukkan wilayah yang berpenduduk padat memiliki tingkat risiko terkena DBD lebih tinggi. Data menyebutkan wilayah terbanyak dengan kasus DBD ada pada wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.

Gejala Awal Demam Berdarah

Saat seseorang terkena gigitan nyamuk aedes aegypti betina yang membawa virus dengue, maka memerlukan masa inkubasi 5-10 hari sejak gigitan nyamuk sampai timbul gejala.

Beberapa gejala-gejala infeksi dengue yang perlu diperhatikan, yaitu:

- Demam mendadak tinggi 2-7 hari

- Pusing atau sakit kepala; sakit perut

- Mual, kadang muntah

Baca Juga: Cara Efektif Cegah DBD, Pakai Serai Hingga Rosemary untuk Usir Nyamuk!

- Tulang sendi terasa ngilu dan nyeri otot

- Bisa disertai diare, pendarahan (bintik-bintik merah, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah)

- Syok: tangan dan kaki dingin dan lembab, lemah, tidur terus.

Faktor Risiko Demam Berdarah, Selain Obesitas

Dokter Piprim selaku ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan dalam temu media IDAI kemarin (26/01/2023), anak obesitas memiliki tingkat fatalitas yang tinggi jika terkena DBD.

Lebih lanjut disampaikan oleh Dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.Sc pada kesempatan yang sama, keterkaitan antara obesitas dan DBD berada pada respons imun yang dimilikinya, di mana anak dengan obesitas saat terkena DBD memiliki respons imun yang baik dan menyebabkan zat-zat radang sebagai mediator inflamasi itu lebih tinggi. Hingga memicu kebocoran pembuluh darah yang lebih besar.

“Ternyata anak-anak obesitas memiliki respons imun yang tinggi, sehingga terjadi reaksi imunologi, menyebabkan reaksi mediator atau misalnya zat-zat radang itu meningkat. Nah itu biasanya memang kebocoran dari pembuluh darah itu lebih hebat, sehingga bisa lebih berat kalau sampai terjadi syok hipovolemik (ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah),” jelas Dr. Karyanti memaparkan.

Selain itu, ternyata Dr. Karyanti menyampaikan ada beberapa faktor risiko demam berdarah lainnya yang juga menjadi pemicu seseorang terkena DBD dan lebih berat, seperti pada bayi, ibu hamil, lansia, orang dewasa yang memiliki komorbiditas (penyakit jantung, kardiovaskular, talasemia, kelainan jantung, kelainan ginjal).

Kapan Harus ke Dokter?

Saat anak mengalami gejala-gejala DBD, maka hal yang perlu dipantau oleh orangtua, yaitu:

1. Seberapa banyak asupan minum anak?

2. Apakah anak menjadi sering buang air kecil setiap 3-4 jam?

3. Apakah anak masih aktif dan bermain?

Baca Juga: Aturan Pakai Fufang Ejiao, Obat Cina Demam Berdarah yang Aman

4. Berapa suhu tubuhnya?

Dokter Karyanti mengatakan, ada beberapa tanda bahaya infeksi dengue dan seseorang harus sudah dibawa ke rumah sakit, yaitu:

- Adanya penurunan suhu setelah hari ke-3 demam tetapi anak tampak tidak aktif

- Tidak nafsu makan dan minum

- Muntah terus menerus

- Lemas dan tidur terus

- Sakit perut hebat

- Ada pendarahan

- Gelisah, kulit tangan kaki dingin dan lembab

- Tidak buang air kecil (BAK) lebih dari 4-6 jam

- Kejang (*)

Baca Juga: Penyakit Endemik di Indonesia Terabaikan dari Pusat Perhatian Selama Pamdemi Covid-19, Padahal Mematikan