GridHEALTH.id - Gorengan adalah makanan sejuta umat orang Indonesia. Maklum saja gorengan selain renah juga nikmat. Cocok teman ngopi dan ngeteh pagi hari.
Tapi banyak yang mengatakan, jangan makan gorengan karena bahaya bagi kesehatan. isunya mulai dari kolesterol, penyakit jantung, hingga stroke.
Pernyataan seperti itu meski ada benarnya tapi tidak bisa dibenarkan.
Maksudnya, jika gorengan mutal penyebab penyakit itu semua, tentu pemerintah tidak akan tinggal diam.
Jadi yang harus diperhatikan prihal gorengan adalah, jumlah mengonsumsi gorengan dalam seharu, kapan dikonsumsinya, juga minyaknya.
Baca Juga: Beginilah Cara yang Cepat dan Mudah Menghilangkan Panu di Badan
Karenanya saat akan mengonsusmi gorengan, pastikan minyak dipakai untuk menggoreng bukan minyak jelantah, mintah jenuh. Buat gorengan dengan minyak goreng untuk makanan yang murni.
Selain itu, batasi konsumsi gorengan. Sehari dua sampai tiga gorengan tidak masalah.
Juga, perhatikan kapan kita mengonsumsi gorengan. Jika pagi, siang, tidak masalah.
Tapi malam hari, baiknya hindari untuk makan gorengan.
Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S mengatakan untuk tidak mengonsumsi makanan yang digoreng ketika malam hari.
Baca Juga: Semudah ini Cara Mengatasi Kaki Bengkak Saat Kadar Asam Urat Tinggi
Hal ini karena metabolisme kolesterol aktif di malam hari."Ini kan tantangan ya, kalau saya bilang ke pasien-pasien saya, saya malah yang dimarahin karena penjual gorengan bukanya sore," pungkas Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S di tayangan Tribun Jogja official program Bincang Kesehatan edisi 12 Desember 2022."Kalau pagi dia boleh makan makanan yang di goreng," ungkap Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S.
Jadi jika makan gorengan malam hari ada risiko p[eningkatan kolesterol, dan hal tersebut bisa memperbesar risiko stroke.
Kenali Stroke Supaya Bisa Menghindarinya
Ketahuilah, stroke merupakan suatu kondisi dimana sel-sel otak mengalami kematian karena adanya gangguan aliran darah, baik itu karena penyumbatan pembuluh darah atau karena pecahnya pembuluh darah di otak.
Baca Juga: Seperti Ini Ciri Serangan Jantung Dini dan Cara Mencegahnya Supaya Tidak Terjadi Lagi
Beberapa orang menganggap jika stroke merupakan pembunuh senyap."Karena sering kali gejalanya memang muncul pada waktu tidur atau bangun tidur karena tekanan darah kita cenderung naik pada waktu pagi hari. Jadi makanya lebih sering kena," jelas Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S."Jadi karena dia faktornya banyak. Jadi kita tidak akan pernah bisa tahu," terang Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S."Ada beberapa pasien kami yang dalam proses berhenti merokok, dia diperingati kalau merokok berisiko stroke. Eh dalam proses malah kena," sambung Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S."Termasuk juga diet. Tetapi pada prinsipnya karena kita itu bicaranya secara universal, diet harus ya. Rendah garam, rendah lemak," timpal Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S.
Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S mengingatkan untuk berhati-hati dalam mengonsumsi garam berlebih apalagi kalau terbiasa mengonsumsi produk olahan."Jadi makanan yang orang bilang junk food, fast food itu sebaiknya kita boleh makan tetapi tidak terlalu sering," ulas Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S.
Berhenti Merokok Harus Bertahap
Hal ini karena kebiasaan konsumsi makanan yang tidak sehat bisa meningkatkan risiko stroke. Apabila memiliki kebiasaan merokok diusahakan untuk dikurangi sampai berhenti."Ada zat di otak yang sangat terangsang namanya dopamin kalau kita merokok dan dopamin itu memberikan rasa yang nyaman di otak," tambahnya."Jadi rasa senang, rasa nyaman. Sehingga ketika seseorang yang merokok cukup lama harus berhenti maka kadar dopaminnya langsung anjlok," ulas Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S.
Baca Juga: Pro Kontra Vape, Hasil Studi Menjawabnya dengan Lugas Beserta Fakta dan Data
"Nah, itu biasanya rasanya nggak karu-karuan. Saya biasanya juga bilang gitu ke pasien-pasien saya, biasanya ngagk karu-karuan rasanya. Sehingga memang berhentinya bertahap ya kalau bisa," ucap Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S."Karena tadi, biasanya yang muncul adalah efek yang nggak nyaman ya, sehingga nanti malah tiba-tiba berhenti mendadak karena nggak nyamannya tensinya jadi naik," ujarnya.Ada suatu kasus dimana perokok yang berusaha berhenti merokok sangking tidak nyamannya justru makan permen terus-menerus.Hal ini mengakibatkan berat badan naik dan kadar gula dalam tubuh juga menjadi naik.Sehingga Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S menyarankan untuk berhenti secaar bertahap saja.(*)
Baca Juga: Untuk Mengatasi Diare, 2 Obat Cina Ini Direkomendasikan di 2023
Penjelasan Dr. dr. Rizaldy Pinzon, M.Kes., Sp.S dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan Tribun Jogja official program Bincang Kesehatan edisi 12 Desember 2022.