GridHealth.id - Kanker serviks di Indonesia merupakan kanker paling berisiko kedua untuk wanita setelah kanker payudara.
Data menunjukkan, di tahun 2020 ada sekitar 36.333 kasus baru kanker serviks, setara dengan 9,2 persen peningkatannya.
Sehingga tingginya kejadian kanker serviks ini bisa mengurangi kualitas kesehatan masyarakat dan beban penyakit besar untuk negara.
Kanker serviks sendiri merupakan sel kanker yang menyerang dan menyebar di area mulut rahim yang ada di dalam Miss V.
Memang tidak terlihat, namun kanker serviks ini paling sering ditemukan oleh dokter sudah ada di stadium lanjut.
Baca Juga: Tabir Surya Banana Boat Ditarik dari Peredaran, Diduga Bisa Berisiko Jadi Penyebab Kanker
Padahal, kanker serviks masih bisa disembuhkan secara total melalui pengobatan jika stadiumnya masih awal.
Selain itu, salah satu pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah terpapar kanker serviks adalah vaksinasi Human Papillomavirus (HPV).
Menurut data World Health Organization (WHO), 99 persen kasus kanker serviks terkait dengan infeksi HPV.
Maka dari itu penting untuk kita menyadari betapa pentingnya vaksin HPV sebelum aktif secara seksual, baik untuk laki-laki ataupun perempuan. Sebab keduanya sama-sama berisiko terjangkit HPV, dan penularan HPV paling mudah adalah melalui hubungan intim dengan orang yang sudah terjangkit.
Baca Juga: Gejala Kanker Serviks Ringan Hingga Berat, Batasan Vaksin HPV 26 Tahun
Lalu kira-kira pada usia berapa vaksin HPV bisa dimulai untuk perempuan ataupun laki-laki?
Prof. Dr. dr. Yudi M Hidayat, Sp.OG., Subsp. Onk., D.MAS., M.Kes, Guru Besar Konsultan Onkologi Ginekologi & Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengatakan sebisa mungkin pada usia muda.
Bahkan vaksin HPV akan dijadikan program pemerintah tidak berbayar untuk anak-anak kelas lima dan enam SD, meskipun masih ada pro dan kontra.
"Kita mau menuju kepada vaksinasi nasional untuk anak-anak sekolah dasar (SD), itu bukan gampang, sangat sulit.
Pertama, walaupun ini (vaksin HPV) merupakan program nasional yang tidak berbayar namun tetap tidak mudah.
Maka dari itu kita perlu memberikan pencerahan kepada orangtua, sampaikan pada orangtua bahwa masa emas pemberian vaksin (HPV) itu ada di usia muda," ujar Prof. Dr. dr. Yudi M Hidayat, Sp.OG., Subsp. Onk., D.MAS., M.Kes pada GridHealth di acara #NgobrolinHPV bersama MSD Indonesia dan Kementerian Kesehatan pada Selasa (31/1/23) kemarin.
Beliau juga mengatakan tidak ada efek samping dari vaksin tersebut, justru vaksin HPV bisa membentuk antibodi yang baik jika diberikan sejak usia muda.
"Sekali vaksinasi pada anak, antibodi yang terbentuk akan tinggi, bertahan akan lama. Jadi bisa seumur hidup.
Kalau sudah di usia tak muda, antibodi yang terbentuk pun akan berbeda. Sebab sistem kekebalan tubuh di usia muda lebih baik.
Maka pada golden period itu harus dilengkapi semua vaksinasi dasar termasuk HPV sebelum aktif secara seksual," tandas Prof. Dr. dr. Yudi M Hidayat, Sp.OG., Subsp. Onk., D.MAS., M.Kes.
Sebagai informasi, vaksin HPV secara mandiri atau berbayar juga bisa diberikan oleh anak melalui fasilitas kesehatan.(*)