Find Us On Social Media :

Ini 3 Perbedaan Asam Lambung dan Maag, Masih Banyak yang Keliru

Perbedaan asam lambung dengan maag dapat dilihat dari gejalanya.

GridHEALTH.id - Asam lambung dan maag, merupakan penyakit lambung yang sudah tidak asing lagi.

Meski begitu, ada kesalahpahaman yang masih melekat di kalangan masyarakat, yakni asam lambung dan maag sama. Padahal berbeda, lo.

Perbedaannya wajib diketahui supaya kita tidak salah saat menanganinya.

Apa Saja Perbedaan Asam Lambung dengan Maag?

Dilansir dari laman Mitra Keluarga, perbedaan di antara keduanya yang pertama dapat dilihat dari pengertiannya.

Maag dalam dunia medis dikenal juga dengan nama gastritis, yakni terjadinya peradangan pada dinding asam lambung.

Baca Juga: Cara Mengobati Penyakit Ginjal Stadium Awal yang Aman dan Benar

Sementara asam lambung, mempunyai nama populer yaitu GERD atau gastroesophageal reflux disease.

Selain dari pengertiannya, perbedaan asam lambung dengan maag juga dapat dilihat dari faktor-faktor lain seperti penyebab, gejala, hingga pengobatan.

1. Perbedaan Penyebab

Maag tak hanya terjadi karena kebiasaan telat makan, tapi juga bisa disebabkan oleh tubuh yang sedang stres, konsumsi alkohol berlebih, sering mengonsumsi kafein, bahkan infeksi bakteri.

Faktor-faktor risiko tersebut, kemudian menyebabkan dinding lambung menjadi meradang.

Sedangkan asam lambung, umumnya disebabkan oleh pergerakan otot kerongkongan bawah, yang menyebabkan asam pada lambung naik.

Baca Juga: Gegara Derita Maag Akut Pingsan Saat Manggung di Medan, Ardhito Pramono Ungkap Kondisi Kesehatannya, Komplikasi Ini Bisa Terjadi Jika Tak Segera Diatasi

Pemicunya beragam, bisa karena makan terlalu banyak, langsung tidur setelah makan, atau adanya tekanan pada perut yang kerap dialami oleh penderita hernia hiatal.

2. Perbedaan Gejala

Selain itu, perbedaan asam lambung dengan maag juga bisa dilihat dari gejala yang dirasakan pengidapnya.

Dikutip dari laman Siloam Hospital, gejala maag yang sering dialami oleh penyintasnya di antaranya yakni perut bagian atas kembung, perut terasa kenyang meski makanan belum habis, dan nyeri di sekitar ulu hati.

Selain itu, juga menyebabkan sering buang angin dan bersendawa, mual, dan juga muntah.

Sementara itu, orang yang mengalami asam lambung akan merasakan gejala berupa makanan yang terasa naik ke kerongkongan, nyeri di dada, sulit menelan, terasa ada benda yang mengganjal di kerongkongan, dan sensasi terbakar di dada terutama pada malam hari.

Baca Juga: Rekomendasi Merek Obat Ambeien Ampuh yang Tersedia di Apotek

3. Perbedaan Pengobatan

Perbedaan selanjutnya dilihat dari segi pengobatan yang dapat dilakukan untuk maag maupun GERD.

Untuk mengatasi maag bisa melakukan terapi up regulation yang menggunakan antasida sebanyak 3x1.

Jika terjadi infeksi bakteri H.pylori di lambung, maka perlu dilakukan terapi eradikasi menggunakan antibiotik misalnya klaritromisin, amoxicillin, dan dapat ditambahkan metronidazole.

Sementara untuk mengobati asam lambung, biasa dilakukan terapi yang menggunakan penghambat pompa proton (PPI) selama 8 minggu, bertujuan untuk mengurangi produksi asam lambung.

Pemberian antasida untuk penetral asam klorida juga kerap dilakukan, sehingga tekanan pada katup bagian kerongkong bawah lebih kuat.

Saat dilakukan pemberian antasida, penggunaan PPI tidak boleh dilakukan bersamaan, harus dijeda kurang lebih 2 jam.

Terakhir, gaya hidup perlu diubah menjadi lebih sehat dengan berhenti merokok, menurunkan berat badan jika sebelumnya berlebihan, mengurangi konsumsi alkohol, tidak makan sebelum tidur, dan posisikan kepala lebih tinggi dari jantung. (*)

Baca Juga: Titik Pijat Ampuh Redakan Sakit Maag, Ada 5 Titik yang Harus Distimulasi