GridHEALTH.id - Venna Melinda sampai harus datangi psikolog karena masih merasakan trauma KDRT.
Seperti diketahui, Venna Melinda mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari suaminya yakni Ferry Irawan.
Ibu tiga anak ini mendapatkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dari Ferry Irawan.
Bahkan, foto wajah Venna Melinda yang berdarah sempat ramai di media sosial.
Setelah satu bulan pasca mengalami KDRT, Venna Melinda mengaku masih kerap menangis dan membutuhkan teman curhat untuk menenangkan dirinya.
Bahkan Venna sampai menjalani terapi untuk memulihkan kondisinya tersebut.
"Karena kan saya juga manusia biasa, kalau saya nggak kuat ya saya harus ngomong sama psikolog," ucap Venna Melinda dikutip dari YouTube Sambel Lalap, Senin (13/2/2023)."Sesi curhat ya, nangis, tapi habis itu lega," sambungnya.Meski begitu, Venna Melinda tetap tidak melupakan Tuhan yang selalu menjadi tempat ia mencurahkan isi hatinya."Tapi yang paling penting curhat sama Allah," terang Venna.
Sahabat Venna Melinda, Roro Fitria juga ungkap kondisi ibunda Verrell Bramasta yang berat badannya menyusut hingga 6 kilogram.
Melihat kondisi Venna Melinda itu, Roro Fitria pun membawakan konselor untuk memulihkan kondisi mental rekannya."Beberapa hari yang lalu, Mbak Venna turun 5 kg, sekarang ternyata sudah turun 6 kg," kata Roro Fitria, dikutip dari YouTube Cumicumi, Minggu (12/2/2023)."Jadi sangat memprihatinkan, karena korban KDRT itu benar-benar membekas rasa sakit hatinya. Hingga makan pun tidak ada rasa nafsu makan," sambungnya.
Sementara itu, Roro Fitra menyebutkan Venna Melinda telah lima kali menjalani terapi sepanjang satu bulan ini.
Pengaruh KDRT Bagi Wanita
Melansir dari psychologytoday.com, Kekerasan dalam rumah tangga dapat bersifat fisik atau psikologis, dan dapat memengaruhi siapa pun dari segala usia, jenis kelamin, ras, atau orientasi seksual.
Ini mungkin termasuk perilaku yang dimaksudkan untuk menakut-nakuti, menyakiti secara fisik, atau mengendalikan pasangan.
Meskipun setiap hubungan berbeda, kekerasan dalam rumah tangga biasanya melibatkan dinamika kekuatan yang tidak setara di mana salah satu pasangan mencoba untuk menegaskan kendali atas yang lain dengan berbagai cara.
Penganiayaan seringkali meninggalkan bekas fisik, mulai dari memar dan patah tulang hingga sesak napas dan gemetar yang tidak disengaja.
Korban pelecehan juga dapat menderita efek emosional dan psikologis jangka pendek dan jangka panjang, termasuk perasaan bingung atau putus asa, depresi, kecemasan, serangan panik, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Agar tidak terjadi sesuatu hal yang buruk, korban KDRT perlu untuk melakukan beberapa hal ini.
Melansir dari healthshots.com, berikut ini beberapa sikap yang perlu dilakukan untuk korban kdrt.
1. Sadari hubungan yang sudah tidak sehat
Langkah pertama dan terpenting adalah menyadari bahwa hubungan kasar.
Pasalnya, kekerasan dalam rumah tangga mungkin tidak selalu melibatkan serangan fisik, kebanyakan korban tidak dapat mengenali pola relasional semacam itu.
2. Berani mengungkapkan dan berusaha mencintai diri sendiri
Perasaan tidak aman dan kesulitan menjalin koneksi selalu menjadi masalah bagi pasien trauma.
Cinta diri dan interaksi sosial sangat penting untuk mengungkapkan diri.
Tetap atau berbagi pemikiran dengan seseorang yang dapat dipercayai bekerja dengan sangat baik.3. Temui tenaga profesional
Berkonsultasi dengan terapis atau konselor untuk membantu proses gangguan stres pascatrauma sangat penting.
Seorang tenaga profesional akan membantu berduka atas kehilangan yang terkait, dan memberi ruang pada diri sendiri untuk berduka dan mengekspresikan emosi.
4. Mendefinisikan ulang diri sendiri
Para penyintas perlahan mulai mengenali dampak dari viktimisasi yang mereka alami. M
ereka harus mulai mendefinisikan kembali diri mereka sendiri, menciptakan rasa diri yang baru dan membuat masa depan yang baru.Penyembuhan bukanlah proses dalam semalam, tetapi pelecehan dapat memiliki kehidupan.
Ini mungkin berdampak panjang, tetapi keparahannya dapat dikurangi dengan mendapatkan bantuan dari orang yang dipercayai dan profesional kesehatan mental.(*)