GridHEALTH.id - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh, yang dikaitkan dengan asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu lama.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kejadian ini juga terjadi akibat paparan infeksi yang berulang dan kurang stimulasi pada anak.
Dalam beberapa kasus, status ekonomi dan sosial juga berpengaruh terhadap meningkatnya risiko anak mengalami kondisi ini.
Kondisi ini mengakibatkan tumbuh kembang anak terganggu dan mengalami kesulitan untuk belajar di sekolah.
Tak hanya itu, dampak stunting pada anak juga membuatnya lebih rentan terkena penyakit tidak menular ketika dewasa.
Jenis penyakit tidak menular yang berisiko bagi mereka yang mengalami kondisi ini yakni penyakit jantung, obesitas, atau hipertensi.
Rata-rata Usia Anak Mengalami Stunting
Perlu diketahui, stunting terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupannya, yang berarti sejak masih dalam kandungan hingga usianya sekitar 2 tahun.
Jika melihat data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, usia stunting rata-rata terjadi pada rentang 24-35 bulan.
Mengutip laman Indonesia Baik, indikasi stunting pada anak untuk rentang usia tersebut mencapai 26,2 persen.
Sedangkan pada usia lahir sekitar 18,5 persen, usia 0-5 bulan persentasenya 11,7 persen, dan 12-23 bulan mencapai 22,4 persen.
Sedangkan untuk usia stunting pada anak di atas 12 bulan persentasenya, usia 26-47 bulan sebesar 22,5 persen dan 48-59 bulan sekitar 20,4 persen.
Baca Juga: Simak 7 Tips Mengatasi Anak Stunting yang Perlu untuk Dilakukan
Ciri-ciri Stunting pada Anak
Dalam hal ini, orangtua perlu memerhatikan tanda-tanda stunting yang mungkin dialami oleh anak:
1. Pertumbuhan tulang terhambat
2. Anak mempunyai berat badan yang lebih rendah dibanding seusianya
3. Tinggi badan anak juga lebih pendek dibandingkan teman-temannya
4. Proporsi tubuh normal, tapi terlihat lebih muda atau kecil untuk anak seusianya
Untuk memastikan tumbuh kembang anak berjalan dengan baik dan tidak hal-hal yang menjadi penghalang, orangtua disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan di posyandu, puskemas, rumah sakit, atau klinik khusus anak.
Saat melakukan pemeriksaan, khususnya pada anak berusia 6-9 bulan, mintalah untuk diukur lingkar lengan atasnya.
Hal tersebut dapat menjadi indikasi awal status gizi anak apakah buruk, ringan, atau normal.
Pencegahan diutamakan dalam hal ini. Orangtua mempunyai peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi anak dan melindunginya dari penyakit infeksi berulang.
Ini bisa dilakukan sejak si kecil masih berada dalam kandungan ibu, maupun saat sudah dilahirkan. (*)
Baca Juga: 5 Langkah Pencegahan Stunting yang Wajib Dilakukan Para Orangtua