Find Us On Social Media :

Apakah Tinggi Badan Anak Pendek Termasuk Stunting? Kenali Faktanya

Fakta stunting yang tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi badan anak

GridHEALTH.id - Beginilah fakta stunting yang terjadi pada anak.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.

Anak-anak dikatakan stunting, jika tinggi badan-untuk-usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO.

Stunting pada awal kehidupan, khususnya pada 1000 hari pertama sejak konsepsi hingga usia dua tahun.

Gangguan pertumbuhan memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan pada anak.

Beberapa konsekuensi tersebut termasuk kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, upah orang dewasa yang rendah, kehilangan produktivitas.

Bila disertai dengan kenaikan berat badan yang berlebihan di masa kanak-kanak, peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa.

Apakah Tinggi Badan Anak Pendek Termasuk Stunting?

Salah satu ciri anak stunting memang memiliki tinggi badan pendek.

Namun, ternyata hal tersebut belum tentu anak pendek mengalami stunting.

Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), anak pendek belum tentu stunting.

"Masyarakat perlu tahu tidak semua yang pendek itu stunting, tapi semua stunting itu pendek," ujar Hasto kepada Kompas, Rabu (29/6/2022).

Baca Juga: Pentingnya Pemberian Makanan Bergizi Tinggi Bagi Anak untuk Cegah Stunting

Agar tidak semakin parah, maka lebih dahulu mengenal fakta-fakta stunting.

Fakta-fakta Stunting

Sampai saat ini, kasus stunting di Indonesia masih tinggi dan cenderung mengkhawatirkan.

Ada sejumlah fakta stunting yang perlu untuk diketahui.

1. Angka stunting masih tinggi

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, menyebut bahwa angka stunting di Indonesia menurun.

Sebelumnya, anak stunting mencapai 37,2 persen pada Riskesdas 2013, turun menjadi 30,8 persen pada 2018.

Kendati begitu, jumlah anak stunting di Indonesia masih tergolong tinggi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan indeks keparahan stunting disebut krisis jika angkanya lebih atau sama dengan 15 persen.

2. Bukan karena genetik

Anak yang gagal tumbuh atau memiliki tubuh pendek sering disebut sebagai “masalah keturunan”.

Ternyata, stunting sama sekali bukan karena masalah genetik.

Stunting adalah gangguan yang terjadi karena masalah nutrisi dan faktor lingkungan.

Kendati demikian, ada yang diturunkan dari orangtua ke anak adalah cara makan dan jenis nutrisi yang dikonsumsi.

Baca Juga: Perlu Diwaspadai! Kenali Penyebab dan Faktor Risiko Stunting pada Anak

Sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat memengaruhi pertumbuhan anak.

3. Stunting terjadi sejak dalam kandungan

Nyatanya, kekurangan nutrisi penyebab stunting bisa menyerang sejak anak berada dalam kandungan.

Secara umum, stunting diartikan sebagai “kesalahan” pemberian asupan gizi yang dinilai kurang dari jumlah yang dibutuhkan.

Pemberian gizi yang cukup seharusnya sudah dimulai, bahkan sejak anak masih berada di dalam kandungan, hingga usia dua tahun.

4. Memicu masalah kesehatan

Stunting harusnya menjadi satu masalah yang mendapat perhatian khusus.

Pasalnya, selain menyebabkan anak yang lahir bertubuh lebih pendek, stunting juga bisa memicu masalah lainnya.

Masalah yang muncul akibat stunting adalah perkembangan yang terhambat, sistem imun yang rendah dan mengakibatkan anak mudah sakit, gangguan sistem pembakaran, hingga penurunan fungsi kognitif.

Bahkan, masalah gizi yang sangat parah bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak.

Stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak dan IQ anak.

Itulah sejumlah fakta stunting pada anak yang perlu untuk diperhatikan.

Baca Juga: Perhatikan Cara Mencegah Stunting pada Anak Sejak dalam Kandungan