GridHEALTH.id - Autisme atau gangguan spektrum autisme (ASD) adalah kondisi yang kompleks, menyebabkan seseorang sulit berkomunikasi, mempunyai minat terbatas, dan perilaku berulang.
Ini termasuk sebagai gangguan seumur hidup, tapi tingkat gangguan fungsinya berbeda-beda pada setiap orang.
Mengutip Autism Speaks, tanda autisme pada seorang anak baisanya baru terlihat saat usia 2 atau 3 tahun.
Keterlambatan perkembangan terkait kondisi ini, pada beberapa anak dapat dikenali lebih awal dan seringkali didiagnosis paling cepat usia 18 bulan.
Penelitian menunjukkan, intervensi yang dilakukan sedini mungkin akan memberikan efek positif pada anak dengan autisme.
Lantas, bisakah kondisi ini terdeteksi lebih awal, seperti saat kehamilan?
Risiko Anak Autisme
Menurut studi yang dilakukan di Pusat Autisme Nasional Azrieli, sekitar 30% janin mengalami gangguan pada ginjal, jantung, dan kepala abnormal.
Kondisi tersebut terjadi saat bayi masih berada di dalam rahim ibu dan dideteksi dengan USG.
Cacat bawaan ini membuat janin berisiko lebih besar mengalami autisme daripada janin lain yang sehat.
Apa Penyebab Autisme Pada Anak?
Melansir Verywell Health, terdapat beberapa faktor risiko yang telah diteliti. Tapi, temuan tersebut belum mencapai akhir.
Jika memiliki kekhawatiran, ketahui apa saja hal-hal yang bisa jadi penyebab autisme dan lebih baik dihindari, meskipun belum seratus persen terbukti memicu gangguan pada anak.
Baca Juga: Apakah Autisme Penyakit? Seperti Banyak Diberitakan, Berikut Penjelasan Ahli
1. Efek obat-obatan
Penggunaan obat-obatan selama kehamilan memang perlu dilakukan dengan hati-hati. Tylenol misalnya, merupakan obat pereda nyeri yang sering dianggap aman selama kehamilan.
Namun, muncul sebuah kekhawatiran kalau obat tersebut bisa meningkatkan risiko gangguan pada janin, termasuk gangguan perkembangan saraf seperti autisme dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Kendati demikian, American College of Obstetricians and Gynocologists (ACOG), tidak merekomendasikan perubahan dalam pemberian resep ini hingga dilakukan penelitian lebih lanjut.
2. Kekurangan zat besi
Zat besi penting untuk mendukung perkembangan otak janin. Akan tetapi, kekurangan zat besi cukup umum ditemui selama kehamilan.
Hampir setengah dari jumlah wanita hamil mengalami kekurangan zat besi.
Sebuah studi pada 2014 yang dipublikasikan di American Journal of Epidemiology menemukan, hubungan kekurangan zat besi dengan risiko autisme.
Risikonya semakin tinggi pada usia ibu yang lebih matang dan yang mengidap gangguan metabolisme selama kehamilan.
3. Pengaruh lingkungan
Paparan dengan zat berbahaya yang mungkin ditemukan dalam plastik, rumah yang baru dibangun, dan bahkan kemasan makanan dapat meningkatkan risiko autisme.
Meskipun studi sebelumnya menemukan hubungan di antara keduanya, tapi studi lebih lanjut justru menunjukkan hasil berbeda.
Beberapa zat yang disebut meningkatkan risiko kondisi ini yakni polybrominated diphenyl ethers (PBDEs), polychlorinated biphenyls (PCBs), polusi udara terkait lalu lintas, logam berat, dan beberapa pestisida.
4. Gangguan kesehatan
Menurut beberapa meta-analisis, gangguan kesehatan terkait kehamilan berikut, dikaitkan dengan autisme di lebih dari satu penelitian:
Baca Juga: Perbedaan Usia Pasangan Jauh Berisiko Lahirkan Anak Autis, Studi di Inggris
* Penyakit autoimun pada orangtua kandung
* Infeksi selama kehamilan
* Stres sebelum melahirkan
* Berat badan lahir rendah
Meski begitu, penting untuk diingat bahwa kebanyakan masalah tersebut muncul dalam satu kehamilan dan kelahiran, serta biasanya terkait dengan kelahiran prematur.
Bayi prematur sering kali ditemui mengalami masalah dengan makan.
Seorang bayi yang punya berat lahir rendah tetapi lahir cukup bulan dan tidak memiliki masalah lain, peningkatan risiko autisme secara statistik terbilang rendah.
Mengurangi Risiko Autisme Selama Hamil dan Melahirkan
Berdasarkan sejumlah riset, terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua untuk mengurangi risiko anak lahir dengan autisme.
Misalnya, memiliki anak setelah berusia 21 tahun dan sebelum 35 tahun. Kemudian, berkonsultasi dengan tenaga kesehatan saat memilih obat yang aman dikonsumsi.
Hindari aktivitas yang membuat racun masuk ke tubuh seperti merokok dan lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Jangan lupa, selalu jaga berat badan yang sehat selama kehamilan dan mengikuti saran medis terkait istirahat serta menghindari stres. (*)
Baca Juga: Anak Sering Berjalan Jinjit, Apakah Indikasi Kelainan Saraf?