Find Us On Social Media :

Semprot Air di Jalanan untuk Mengatasi Polusi Udara, Efektifkah? Ini Kata Pakar

Penyemprotan air di jalanan justru akan meningkatkan konsentrasi polutan.

GridHEALTH.id - Polusi udara di Jakarta seperti yang diketahui sedang tinggi dan berada di status yang berbahaya bagi kesehatan.

Berbagai upaya pun coba dilakukan untuk mengatasi permasalahan kualitas udara buruk ini.

Penyemprotan di jalan protokol Ibu Kota, menjadi salah satu cara yang dipilih oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya untuk mengatasi permasalahan ini.

Pemprov DKI dan Polda Metro Jaya telah melakukan penyiraman jalan di sisi jalan Jenderal Sudirman hingga Patung Pemuda Membangun, Senayan, pada Rabu (23/8/2023) lalu.

Ada sekitar empat mobil water canon yang digunakan untuk menyemprotkan air ke jalanan.

Dalam pelaksanaannya, Dinas Operasional Pemadam Kebakaran serta Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta juga terlibat.

Sebelumnya, Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, penyiraman jalanan akan dilakukan dua kali sehari, yakni pukul 10.00 WIB dan 14.00 WIB.

"Yang akan dilakukan penyiraman itu dari Patung Kuda, Blok M, lalu dari Cawang hingga Slipi. Itu setiap hari. Selain damkar, ada dari dinas lain, SDA dan Lingkungan Hidup supaya mengurangi polusi di jalan-jalan utama," ujarnya dikutip dari Kompas, Sabtu (26/8/2023).

Apakah Semprot Jalanan Efektif Tangkal Polusi Udara?

Upaya yang ditujukan untuk mengurangi polusi udara Ibu Kota ini menuai pro kontra, tidak hanya dari masyarakat tapi juga para pakar kesehatan.

Tindakan ini dianggap oleh para pakar justru tidak tepat dan dapat menyebabkan kerugian pada kesehatan.

Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) Pandu Riono mengatakan, disemprotkannya air bertekanan tinggi akan memicu terbentuknya aerolisasi yang buruk bagi kesehatan.

Baca Juga: Sudah Lima Hari WFH Dijalankan, Bagaimana Kualitas Udara di Jakarta?

"Tidak ada manfaatnya, bahkan potensial merugikan," ujarnya dikutip dari Kompas, Senin (28/8/2023).

"Karena cairan dengan tekanan tinggi pada udar polusi, maka polutan akan alami aerolisasi yang memudahkan berdampak pada kita kalau terhirup," sambungnya.

Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan pun, juga merasa tindakan semprot air meredakan polusi kurang efektif dilakukan.

"Kurang efektif ya, karena partikel polutan yang berada di ketinggian itu tidak semua terjangkau," jelasnya dikutip dari Tribunnews (25/8/2023).

Sebuah penelitian di China yang terbit dalam jurnal National Library of Medicine pada 2021, mengungkapkan mengapa semprot air meredakan polusi bukan cara yang tepat.

Studi tersebut dilakukan dengan cara menyemprotkan air terhadap konsentrasi PM 2.5 dengan mengukur komposisi kimia air.

Selanjutnya, dilakukan simulasi eksperimen penyemprotan air, mengukur residu, dan menganalisis data yang relevan.

Hasil yang ditemukan, penyemprotan baik air keran atau sungai ke jalanan dalam jumlah yang besar malah meningkatkan konsentrasi PM 2.5 dan kelembapan.

"Penyemprotan terus menerus setiap hari menghasilkan efek kumulatif terhadap polusi udara," jelas penulis.

Para pakar mengharapkan dilakukan cara lain untuk mengatasi permasalahan ini, misalnya modifikasi cuaca yang walaupun dampaknya sementara, tapi cukup membantu.

Selain itu, penanganan polusi udara juga harus difokuskan pada sumber pencemaran agar mengurangi pelepasan emisi bahan toksik ke udara. (*)

Baca Juga: Efek Polusi Udara Juga Bisa Pengaruhi Mental Anak, IDAI Bagikan 6 Cara Melindungi Si Kecil