GridHEALTH.id - Kasus wabah kutu busuk dilaporkan terjadi di beberapa negara pada tahun ini.
Pada September hingga awal Oktober, serangan kutu busuk dilaporkan terjadi di Paris, Prancis. Kemudian hal serupa dikabarkan terjadi di London, Inggris.
Selanjutnya, seorang mahasiswa di Korea Selatan mengatakan dirinya digigit kutu busuk saat berada di asrama dan kejadian yang sama juga dialami oleh masyarakat yang lain.
Selain Korea Selatan, negara di kawasan Asia lainnya yang juga mengalami kejadian ini adalah Hong Kong.
Baru-baru ini, serangga parasit tersebut dikabarkan menyerang sejumlah warga Singapura dan menyebabkan populasi kasusnya meningkat.
Kenapa Serangan Kutu Busuk Terjadi di Banyak Negara?
Kutu busuk atau Cimex Lectularius merupakan serangga yang menghisap darah dari hewan dan juga manusia.
Mengutip WebMD, serangga ini terbilang cukup kecil.
Untuk ukuran dewasa saja hanya sekitar 5-7 milimeter dengan bentuk oval serta pipih.
Ukuran tubuhnya mirip dengan biji buah apel, dengan warna cokelat kemerahan dan tidak mempunyai sayap.
Pakar ahli kesehatan dan epidemiologi Dicky Budiman menjelaskan, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya serangan kutu busuk di Eropa hingga Asia dan heboh seperti sekarang.
Faktor pertama menurutnya adalah kebiasaan dari masyarakat di negara-negara maju, khsususnya Eropa.
Baca Juga: Kasus Kutu Busuk Muncul di Korea Selatan, Bikin Warga Takut Duduk di Transportasi Umum
"Karena mereka penduduknya lebih concern terhadap hygiene atau kenyamanan. Jadi, ada masalah, (langsung) lapor," kata Dicky saat dihubungi GridHEALTH, Senin (27/11/2023).
Kedua juga disebabkan oleh sistem pelaporan yang berkembang, sehingga kasusnya lebih cepat diketahui oleh masyarakat secara luas.
Ketiga, berhubungan dengan kemampuan bertahan kutu busuk yang ada saat ini.
"Sebetulnya tidak lepas dari kesalahan yang dipilih oleh pengambil kebijakan dalam sektor kesehatan empat dekade lalu, dalam konteks mengatasi kutu busuk saat ini," katanya.
Dijelaskan pada 1980-an, kutu busuk menjadi masalah di sejumlah negara dan mengganggu kenyamanan orang-orang.
Untuk mengatasinya, digunakan insektisida yang mampu membuat sebagian besar bed bugs mati.
"Tapi ternyata, kutu busuk sudah mengalami mutasi. Mengalami evolusi dan ternyata (yang ada saat ini) adalah generasi yang lolos, survive ketika pembasmian massal tahun 1980-an," jelas Dicky Budiman.
Ia melanjutkan, "Sehingga yang saat ini ada resisten terhadap insektisida dan pestisida."
Di sisi lain, globalisasi juga memengaruhi laporan kasus kutu busuk di berbagai negara, memungkinkan terjadinya kawin silang.
"Yang ada saat ini selain lebih resisten, lebih subur, lebih tahan juga bisa berbulan-bulan tanpa makan bisa bertahan," pungkasnya.
Faktor-faktor itulah yang menyebabkan belakangan banyak dilaporkan serangan kutu busuk dari negara-negara di Eropa maupuan Asia. (*)
Baca Juga: Kutu Kuku: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya dengan Efektif