GridHEALTH.id - Sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara mengalami kenaikan kasus COVID-19, termasuk Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengonfirmasi peningkatan kasus COVID-19 terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Satgas PB IDI juga mengonfirmasi lonjakan kasus COVID-19, yang terjadi dalam dua bulan terakhir.
"Apakah terjadi peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia? Jawabannya iya.
Kalau kita lihat bulan-bulan ini sampai November, datanya menunjukkan memang terjadi peningkatan kasus," kata Ketua Satgas Covid-19 PB IDI Erlina Burhan dalam vritual media update, Rabu (6/12/2023).
Berdasarkan data dari situs resmi Infeksi Emerging Kemenkes, pada 12 Desember 2023, tercatat ada penambahan kasus sebanyak 298 pasien.
Total kasus yang telah dikonfirmasi sejak awal pandemi, mencapai 6.815.576 kasus.
Sedangkan, kasus aktif saat ini sekitar 6.223 atau sekitar 0,1% dari total kasus yang dikonfirmasi.
Apa Penyebab Lonjakan COVID-19?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, peningkatan kasus COVID-19 terjadi secara perlahan.
Situasi saat ini juga masih jauh lebih rendah dibandingkan saat pandemi, yang kasusnya bisa mencapai 50.000 sampai 400.000 kasus per minggu.
Nadia menjelaskan, penyebab COVID-19 naik lagi salah satu faktornya, tingkat kesadaran yang mulai menurun.
Baca Juga: COVID-19 Meningkat, Jelang Libur Nataru Pelaku Perjalanan Luar Negeri Berisiko Tinggi
Banyak masyarakat yang mengalami batuk atau pilek, yang merupakan salah satu gejala COVID-19, tapi tidak periksa.
Selain itu, peningkatan kasus juga berhubungan dengan ditemukannya varian COVID-19 yang baru.
Ia menjelaskan, ada tiga varian COVID-19 yang mendominasi kasus infeksi di Indonesia.
Salah satunya adalah varian Omicron XBB 1.5, yang memang sudah terdeteksi sebelumnya di Tanah Air.
Selain itu varian XBB, saat ini sudah terdeteksi keberadaan subvarian yakni EG. 2 dan EG. 5.
Nadia lebih lanjut menjelaskan, situasia saat ini juga berkaitan dengan peningkatan kewaspadaan terhadap pneumonia.
"Kemarin kita mengeluarkan surat kewaspadaan terkait pneumonia, kalau batuk, demam, datang ke fasyankes," kata Nadia kepada GridHEALTH, Kamis (7/12/2023).
"Kemudian karena gejalanya sama dengan Covid-19, otomatis banyak orang yang diperiksa juga (sehingga ketahuan positif COVID-19)," sambungnya.
Meski terjadi peningkatan, Kemenkes mengonfirmasi bahwa tingkat keparahan cukup ringan, tidak seperti masa pandemi.
Ia mengatakan, kematian yang terjadi disebabkan oleh komorbid yang dialami pasien, bukan karena infeksi COVID-19.
Diingatkan, bagi masyarakat yang memiliki gejala seperti batuk, pilek, dan demam untuk melakukan tes COVID-19 dan melaksanakan protokol kesehatan, serta vaksinasi. (*)
Baca Juga: Covid-19 Naik Lagi, Dinkes DKI Temukan 271 Kasus Positif Baru dalam Sepekan