Find Us On Social Media :

Data dan Fakta Kasus COVID-19 di Amerika Serikat, Waspada Jelang Masa Liburan

Ketahui data dan fakta kasus COVID-19 di Amerika Serikat.

GridHEALTH.id - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat memperkirakan bahwa subvarian koronavirus JN.1 saat ini menyebabkan sekitar 20% infeksi COVID-19 baru di Amerika Serikat.

Dan ini merupakan varian virus yang paling cepat berkembang sebab varian ini sudah mendominasi di Amerika bagian timur, di mana diperkirakan menyebabkan sekitar sepertiga dari infeksi baru.

CDC juga memperingatkan bahwa dalam empat minggu terakhir, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 telah meningkat sebanyak 51%.

Dengan tingginya tingkat rawat inap untuk flu dan RSV, CDC mencatat bahwa peningkatan terus menerus bisa mengakibatkan masalah pada kapasitas rumah sakit.

CDC memperkirakan prevalensi JN.1 di AS lebih dari dua kali lipat antara akhir November dan pertengahan Desember.

Menurut CDC, jumlah pasien COVID yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan. Rata-rata dari 3 Desember hingga 9 Desember menunjukkan angka 3,1% lebih tinggi dibandingkan dengan setelah Hari Thanksgiving.

Kenaikan kasus ini sedikit banyak disebabkan banyaknya orang bepergian melalui perjalanan liburan dan akibat penurunan kekebalan pada tubuh.

Dalam empat minggu terakhir, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit di semua kelompok usia meningkat sebesar 200% untuk influenza, 51% untuk COVID-19, dan 60% untuk RSV.

Akan tetapi studi terbaru dari Universitas Columbia menemukan bahwa vaksin Covid-19 saat ini, yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan tubuh melawan varian keluarga XBB, juga memberikan perlindungan baik terhadap BA.2.86 dan varian turunannya, termasuk JN.1.

Beberapa negara di Eropa, termasuk Denmark, Spanyol, Belgia, Prancis, dan Belanda, mengalami kenaikan kasus akibat JN.1 dan peningkatan pasien rawat inap.

Varian ini juga berkembang pesat di Australia, Kanada, dan Asia.

Baca Juga: Kasusnya Tengah Merebak, Kenali Perbedaan Gejala Pneumonia dan COVID-19