Find Us On Social Media :

Benarkah Tangan Berkeringat Tanda Paru-paru Basah? Buktikan Faktanya!

Hiperhidrosis sebabkan tangan basah, bisa dipicu oleh banyak faktor.

GridHEALTH.id - Telapak tangan yang selalu basah karena keringat bisa membuat tidak nyaman.

Kondisi yang mempunyai istilah hiperhidrosis ini, sering disebut sebagai tanda mengidap paru-paru basah.

Klaim yang mengatakan tangan berkeringat tanda paru-paru basah masih banyak dipercayai, bahkan meski belum terbukti kebenarannya.

Lalu, benarkah klaim tersebut atau hanya sekadar mitos saja?

Tangan Basah dan Paru-paru Basah

Paru-paru basah atau pneumonia merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh peradangan di salah satu atau kedua paru-paru.

Peradangan tersebut terjadi akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur.

Paru-paru yang meradang menghasilkan cairan dalam kantong-kantong udara dan terkadang nanah, bila infeksi disebabkan oleh bakteri.

Gejala paru-paru basah bermacam-macam. Melansir Medline Plus, tanda-tanda seseorang mengalami pneumonia meliputi:

1. Demam atau meriang

2. Batuk berdahak

3. Sesak napas

Baca Juga: Mitos atau Fakta, Obat Kumur Bisa Hilangkan Bau Mulut dan Napas Lebih Segar?

4. Dada terasa nyeri saat bernapas atau batuk

5. Mual atau muntah

6. Diare

Apabila tangan basah tidak disertai dengan keluhan-keluhan lain tersebut, bisa dikatakan kondisi tersebut bukan disebabkan oleh paru-paru basah.

Apa yang Membuat Telapak Tangan Basah?

Telapak tangan yang berkeringat bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya saja kondisi emosional.

Melansir Verywell Health, stres, perasaan cemas, ketakutan, malu, atau gugup dapat menjadi penyebab tangan basah.

Bentuk emosi yang kuat dapat memicu pelepasan asetilkolin secara tiba-tiba ke dalam aliran darah.

Hal ini, akan merangsang saraf postganglionik secara berlebihan, sehingga menyebabkan keluarnya keringat secara spontan.

Keringat pada telapak tangan ataupun bagian tubuh lainnya, akan terus berlanjut sampai stres akut mereda.

Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh perubahan hormon yang menyebabkan produksi asetilkolin berlebih.

Misalnya karena menopause, kadar gula darah rendah (hipoglikemik), atau kehamilan. (*)

Baca Juga: Tak Meredakan Pedas, Minum Air Es Saat Kepedasan Justru Bisa Timbulkan 5 Bahaya Ini