"Yang khas di sini, bakteri ini menghasilkan spora. Artinya bentuk vegetatif, bukan bakterinya tapi calon bakteri yang akan diam seperti tertidur," kata dokter Yoga dalam media briefing Hari Gizi Nasional yang diadakan IDAI, Kamis (25/1/2024).
Hal ini, mungkin tidak menjadi masalah pada orang dewasa. Tetapi, kondisi sebaliknya bisa terjadi pada anak.
Pasalnya, kondisi saluran cerna anak terutama yang masih di bawah usia 12 bulan atau setahun, belum optimal.
"Orang dewasa asam lambungnya cukup rendah untuk mematikan spora ini. Tetapi pada bayi di bawah 1 tahun, asam lambungnya belum cukup kuat untuk mematikan spora tersebut," katanya.
"Karena tidak mati, sporanya akan berkembang biak," sambungnya.
Ketika hal ini terjadi, orangtua mungkin tidak akan langsung melihat reaksi dari pemberian madu ke bayi.
Butuh waktu berhari-hari bahkan bisa sampai berbulan-bulan, hingga masalah kesehatan yang disebabkan oleh madu pada anak muncul.
"Menariknya dari penyakit ini, ini tidak terjadi langsung. Jadi orang jarang menghubungkan, bisa terjadi dalam waktu beberapa hari hingga satu bulan karena berkembang biak dulu sporanya menjadi produk dewasa," kata dokter Yogi.
Ia melanjutkan, "Setelah dewasa akan menghasilkan toksin. Toksin inilah yang akan menyebabkan penyakit."
Karena risiko inilah, sebaiknya memang tidak memberikan madu pada bayi di bawah usia satu tahun.
Madu boleh diberikan ketika sudah berumur satu tahun, karena kondisi asam lambung anak dianggap sudah mirip dengan dewasa, sehingga mampu membunuh spora bakteri ini. (*)
Baca Juga: Bolehkah Memasak MPASI Menggunakan Minyak Goreng? Ini Pedoman yang Tepat