Find Us On Social Media :

Mengerti Hubungan Antara Glukosa, Insulin, Hiperglikemia dan Diabetes

Glukosa berlebihan diakibatkan insulin tidak berfungsi dan menyebabkan hiperglikemia.

GridHEALTH.id - Mengonsumsi minuman manis seperti softdrink, minuman buah, dan minuman olahraga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Berdasarkan penelitian, orang yang minum 1-2 porsi minuman manis setiap hari mengalami peningkatan risiko diabetes tipe 2 sebesar 26 persen.

Konsumsi minuman manis cenderung menyebabkan kenaikan berat badan, yang merupakan faktor risiko utama untuk diabetes.

Diabetes mellitus, atau sering disebut kencing manis, adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi.

Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) menyebabkan glukosa tumpah ke dalam urine, sehingga muncul istilah kencing manis.

Glukosa dan Insulin

Tubuh kita selalu memiliki beberapa glukosa karena diperlukan untuk energi. Namun, terlalu banyak glukosa dalam darah tidak baik untuk kesehatan.

Glukosa berasal dari makanan yang Anda konsumsi dan juga diproduksi di hati dan otot. Darah membawa glukosa ke seluruh sel dalam tubuh.

Insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas, membantu glukosa dari makanan masuk ke dalam sel tubuh. Jika tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau jika insulin tidak bekerja dengan baik, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh dan tetap berada dalam darah.

Insulin dapat terhambat diproduksi karena berbagai faktor. Salah satunya adalah kerusakan atau disfungsi pada sel-sel pankreas yang memproduksi insulin (sel-sel beta).

Faktor lain termasuk faktor gaya hidup seperti pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas juga dapat memengaruhi produksi insulin. Produksi insulin yang tidak memadai atau ketidakmampuan sel untuk menggunakan insulin dengan benar dan efisien menyebabkan hiperglikemia dan diabetes.

Baca Juga: Bisa Sebabkan Pusing, Ini Cara Menurunkan Gula Darah yang Mencapai 300

Hiperglikemia dan Diabetes

Hiperglikemia adalah kondisi di mana kadar glukosa (gula) dalam darah meningkat di atas tingkat normal. Ini bisa menjadi gejala diabetes, tetapi juga bisa terjadi dalam kondisi lain, misalnya setelah makan makanan tinggi gula atau stres.

Diabetes adalah penyakit kronis di mana tubuh mengalami masalah dalam mengatur kadar glukosa darah secara efektif, baik karena kurangnya produksi insulin (diabetes tipe 1) atau resistensi terhadap insulin dan produksi yang tidak memadai (diabetes tipe 2).

Jadi, hiperglikemia adalah gejala diabetes, tetapi tidak semua hiperglikemia disebabkan oleh diabetes.

Jadi, ketika orang dengan diabetes mengonsumsi glukosa, yang ada pada makanan seperti roti, buah, sereal, sayuran yang mengandung karbohidrat kompleks (kentang, singkong, dan ubi), kacang-kacangan, susu, yoghurt, dan permen, glukosa tidak dapat dikonversi menjadi energi.

Glukosa tetap berada dalam darah, sehingga kadar glukosa darah lebih tinggi pada orang dengan diabetes.

Tanpa insulin, sel-sel kekurangan energi glukosa meskipun ada glukosa berlimpah dalam aliran darah.

Pada beberapa jenis diabetes, ketidakmampuan sel untuk memanfaatkan glukosa menyebabkan kondisi "kelaparan di tengah-tengah kelimpahan" karena glukosa yang berlimpah harus diekskresikan ke dalam urine.

Faktor keturunan dan gaya hidup turut memengaruhi peningkatan risiko diabetes. Orang yang berisiko tinggi adalah mereka yang memiliki saudara kandung penderita diabetes tipe 1, anak-anak dari orang tua penderita diabetes tipe 1, orang dengan riwayat keluarga diabetes, mereka yang kelebihan berat badan, kurang berolahraga, atau wanita yang memiliki bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg saat lahir.

Diabetes dapat menyerang pada usia berapa pun. Ada tiga jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes kehamilan (diabetes gestasional).

Menghindari minuman manis dan menjaga pola makan sehat serta gaya hidup aktif adalah langkah penting dalam mencegah diabetes.

Baca Juga: Dikira Menyehatkan, Ternyata Deretan Makanan Ini Jadi Penyebab Diabetes